Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ANDREW Weintraub, 50 tahun, fasih menyanyikan Terajana di Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, akhir bulan lalu. Profesor etnomusikologi dari Universitas Pittsburgh, Amerika, itu membawakan lagu Rhoma Irama tersebut tatkala meluncurkan buku Dangdut: Musik, Identitas dan Budaya Indonesia.
Sebagai dosen musik, ia sudah biasa mendengar aneka jenis lagu. Tapi ada yang luar biasa ketika ia mendengar Perjuangan dan Doa milik Rhoma di radio di Bandung pada 1997. Sejak saat itu, Weintraub pun tertambat pada si raja dangdut. ”Rhoma itu pemusik genius, sampai sekarang tidak ada duanya,” katanya.
Weintraub pun membentuk Dangdut Cowboys pada 2007 di kampung halamannya. Beranggotakan lima dosen dan kepala perpustakaan, grup ini tampil di kampus, pub, dan panggung-panggung hiburan. Weintraub dan kawan-kawan melantunkan lagu-lagu Rhoma, lengkap dengan jubah dan selendang ala Soneta. Tapi yang paling membanggakan adalah ketika dia sepanggung dengan sang idola! Tatkala Rhoma tampil di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, DC, pada 2008, Dangdut Cowboys diajak bernyanyi bersama. ”Saya senang, Bang Haji juga bangga,” katanya. l
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo