DIPILIH sebagai guru teladan berarti pelesir ke ibukota
Republik. Apalagi orang-orang seperti Aji Usin dan J.M. Teniwut
- keduanya guru teladan dari Irian Jaya -- dan Paulus Kene guru
dari Atambua, Timor, Nusa Tenggara Timur, Jakarta betul-betul
kota impian yang scakan mendapat rahmat kalau bisa menginjaknya.
Teniwut yang berasal dari Wanokwari, kepala SD Senofi dan ayah
dari 15 orang anak, berkata: "Saya senang sekali bisa ke ibukota
negara dan bertemu dengan Presiden dan Bu Harto. Biarpun Jaapura
dan gubernur saya sendiri, belum pernah saya lihat".
Paulus Kene, 52 tahun, tentu akan bercerita sampai ke cucunya
nanti, bagaimana hebatnya perjalanan ke Jakarta itu. "Katanya,
kapal terbang itu kalau kena angin akan oleng", kata Paulus Kene
yang tentu baru sekali itu naik kapal terbang, "tapi rasanya
seperti duduk di bangku biasa dan saya tidak mabok". Orang-orang
ini betul-betul guru yang bersifat dan hidup sederhana dan
terbuka. Mereka ditampung di Direktorat Jenderal PUOD yang
terletak di Gambir yang tidak pernah sepi oleh kendaraan. "Malam
pertama saya tidak bisa tidur", kata Paulus Kene, "ribut
sekali". Tempat tinggal Paulus Kene demikian juga dengan
guru-guru yang lain, memiliki kebisingan yang nyaman
seperti-bunyi jangkerik atau deburnya ombak. Melihat banyaknya
mobil, Paulus Kene sampai berkata: "Saya heran, begitu ramainya
sampai mobil tak bisa jalan". Toh setelah 10 hari di Jakarta
mereka semua berkata: "Matipun saya tak menyesal, karena sudah
lihat Jakarta".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini