Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Mahasiswa Teknik UI meraih gelar juara ketiga kompetisi perancangan jembatan di Singapura.
Mereka membuat inovasi mengolah limbah plastik menjadi aspal.
Karya mereka sekaligus memecahkan persoalan limbah plastik di Singapura.
Inovasi merancang jembatan dengan aspal berbahan limbah plastik mengantarkan nama Universitas Indonesia (UI) berjaya di kancah internasional. Ide brilian ini datang dari tim Galanika Nawasena yang beranggotakan tiga mahasiswa Fakultas Teknik UI (FTUI), yakni Juan Fidel Ferdani dari jurusan teknik sipil 2019, Bayu Dewanto dari teknik sipil 2020, dan Leonardo Dilon dari arsitektur 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lewat rancangan jembatan sepanjang 36 meter yang menghubungkan dua jalan di Singapura tersebut, tim itu berhasil meraih gelar juara ketiga dalam Bridge Design Competition (BDC) 2023 di Nanyang Technological University (NTU), Singapura. NTU BDC merupakan kompetisi tahunan yang berfokus pada perancangan struktural dan metode konstruksi jembatan. Pesertanya adalah mahasiswa teknik yang ditantang mendesain struktural jembatan secara langsung dan praktis serta relevan dengan industri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perwakilan tim FTUI, Leonardo Dilon, menjelaskan, Bridge Design Competition 2023 diikuti oleh 134 tim dari belasan negara di dunia. Untuk kompetisinya, setiap tim harus mencapai top 50 dan diberikan kasus dalam sehari. "Di situ, kami diminta membuat struktur konfigurasi jembatan dengan aplikasi bridge design 2016," kata Dilon kepada Tempo, Jumat, 30 Juni 2023.
Dilon menerangkan bahwa model jembatan yang mereka desain merupakan modifikasi dari bowstring truss bridge, yaitu desain jembatan melengkung, lalu dipadukan dengan warren pattern, yakni bentuk segitiga sama sisi pada rangka struktur jembatan. "Untuk menambah kekuatan jembatan dan memaksimalkan tension-compression string itu," mahasiswa asal Jakarta ini menerangkan. Kombinasi dari kedua tipe ini juga membuat jembatan yang dirancang Dilon dan kawan-kawan tidak hanya kuat secara struktur, tapi juga indah secara estetis.
Tiga orang mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) merancang jembatan sepanjang 36 meter dengan menggunakan aspal dari limbah plastik sebagai agregat campuran pada aspal jalan. ui.ac.id
Jembatan yang mereka rancang akan menghubungkan Commonwealth Avenue West dan Holland Grove Drive yang melintasi Ghim Moh Canal. Untuk rencana proses konstruksinya, tim itu turut memikirkan kenyamanan pengendara hingga pejalan kaki serta penghuni area permukiman tersebut, yaitu dengan menggunakan panel-panel kedap suara.
Selain itu, karena jembatan tersebut menghubungkan dua titik terpisah di sebuah kanal, mereka harus memperhatikan elevasi atau ketinggian suatu obyek dari kedua titik ini agar mulus. "Jadi, tidak ada yang patah istilahnya. Sama yang diprioritaskan juga nanti dibuat supaya trafiknya itu tidak patah. Misalnya, jika trafiknya ke arah A, lalu bagaimana lengkungan si jalan itu kami buat nyaman."
Anggota tim lainnya, Juan Fidel Ferdani, menambahkan, ide penggunaan aspal limbah plastik berangkat dari fakta bahwa Singapura menempati peringkat ketiga negara dengan produksi sampah terbanyak. Berdasarkan data The National Environment Agency pada 2020, Singapura menghasilkan 868 ton sampah plastik. "Sayangnya, hanya 4 persen dari sampah plastik ini yang dapat didaur ulang," tutur Juan.
Inovasi jembatan dengan aspal berbahan limbah plastik dari tim Galanika Nawasena yang beranggotakan Juan Fidel Ferdani dari jurusan teknik sipil 2019, Bayu Dewanto dari teknik sipil 2020, dan Leonardo Dilon dari arsitektur 2020. Dok. Tim Galanika
Ia berharap penggunaan sampah plastik sebagai bahan aspal jembatan dapat mengurangi jumlah sampah plastik di Singapura dan meningkatkan nilai gunanya. Terlebih, penggunaan sampah plastik juga sudah diimplementasikan di Indonesia. "Sehingga menjadi inovasi yang diterapkan di Singapura yang berasal dari Indonesia."
Keberhasilan tim FTUI ini turut mendapat apresiasi dari pihak kampus karena menjadi bukti nyata dedikasi mereka dalam mencari solusi berkelanjutan atas masalah lingkungan sekaligus meningkatkan kualitas infrastruktur. Dekan FTUI Heri Hermansyah mengatakan, "Prestasi ini memperlihatkan kepada dunia bagaimana kolaborasi antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kepedulian lingkungan dapat menciptakan dampak positif yang signifikan.”
RICKY JULIANSYAH (DEPOK) | TEMPO.CO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo