JALAN menuju pelaminan bagi seorang putri keraton ternyata cukup berliku. Tak percaya? Lihat saja apa yang dilakukan Gusti Raden Ajeng Koes Murtiyah, 29 tahun, putri Sunan Paku Buwono XII. Sudah tujuh tahun bunga Keraton Surakarta Hadiningrat ini melakukan tumindak trapaning lakuning urip (penghayatan proses hidup), sementara sabda raja bagi pelaksanaan nikah agung sang putri masih belum turun. "Saya memang harus masuk dulu dalam proses itu dan menghayatinya," kata Koes Murtiyah pada wartawan TEMPO Kastoyo Ramelan. Tiap Kamis malam, sekar kedaton ini bersemadi sampai subuh di Pasanggrahan Langen Hardjo di Sukohardjo. Selama dalam bilik khusus, alumnus Jurusan Sastra Jawa Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret Solo ini duduk bersedekap dengan rambut tergerai, lalu datanglah wangsit tentang bagaimana mengamati, mencintai, dan bergaul dengan pria yang kelak mendampinginya. Menjelang azan subuh, Koes Murtiyah mandi air kembang. Sebetulnya calon mempelai yang diamati sang putri sudah ada. Dialah Edy Supriyono, S.H., 28 tahun, teman sekampus yang sudah akrab dengan Gusti Mur sejak 1983. Ternyata, Edy cukup sabar menunggu saat yang tepat bagi nikah agung mereka. "Kami sedang menjalani prosesnya, karena kehendak Gusti Mur. Tapi tetap indah," ujar Edy, anak seorang pedagang cengkeh di Solo. Tak diketahui kapan wangsit soal waktu nikah akan turun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini