INI sandiwara. Pemainnya anggota-anggota Peniagawati Malaysia -- organisasi wanita pengusaha. Judulnya tak jelas, yang pasti sandiwara ini dipentaskan untuk pembukaan Simposium Kebangsaan Wanita Malaysia di Gedung Putra World Trade Centre, Kuala Lumpur, Kamis dua pekan lalu. Rombongan Iwapi yang dipimpin Dewi Motik termasuk penonton sandiwara ini. Sandiwara dalam "cakap Melayu" itu mengisahkan susahnya berniaga di sektor informal. Apalagi, untuk wanita pengusaha. "Sulit dapat kredit," ucap seorang pemain. "Di kaki lima sering diusir," kata pemain lain menimpali. Lalu, ada adegan pedagang nasi yang digusur bersama gerobaknya. Si empunya gerobak sewot, lalu menghardik, "Daripada awak jadi maling, kerja tak jujur, lebih baik jual nasi. Dapat kredit juga susah. Orang kecil selalu digusur." Adegan berikut, Ketua Peniagawati muncul dari balik panggung. Mereka berseru, "Ayo kita mengadu saja ke Mahathir. Ayo kita telepon dia." Mahathir pun ditelepon: "Hallo. . ., Datuk Mahathir?" Sepi di panggung, seolah-olah Mahathir menjawab. "Jadi, Anda bersedia datang kemari?" Telepon ditutup. Para penonton tertawa. Ternyata, Mahathir, Perdana Menteri Malaysia itu, betul-betul datang bersama kawalan mobil bersirene. "Bukan Mahathir bohong-bohongan, tapi yang betul," begitulah cerita Dewi Motik, pekan lalu. Lampu gedung yang tadinya padam langsung dinyalakan. Mahathir langsung naik ke panggung. "Terima kasih, saya termasuk dalam sandiwara ini. Tapi saya tak tahu musti bicara apa karena tak ada di skenario. . .ha . . . ha . . . ha. Ibu-ibu memang pandai memperolok...," katanya sembari tertawa lebar. Lalu ia membuka simposium dan memberikan sambutan. Dan itu bukan sandiwara lagi. Dewi Motik tak menjelaskan apakah ia mau meniru. Tapi boleh dicoba, agar pembukaan seminar, simposium, dan sebagainya yang dilakukan pejabat tak embosankan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini