KALAU Mochtar Lubis masuk penjara, orang tak heran. Tapi kalau
dia sakit, nah, ini baru berita. Mochtar, yang diketahui selalu
segar dan sehat, sejak 25 Desember pagi dirawat di RS Cikini.
Dia terserang tipus -- dan diperkirakan berasal dari Kolombo.
Tanggal 2 Desember tahun lalu Mochtar dan Nyonya berada di sana
sebagai anggota rombongan Press Poundation of Asia. Dalam
peninjauan suatu proyek, disuguh makan. "Saya lihat makanannya
kotor," kata Mochtar, "tapi kala tidak dimakan, tidak enak di
hati." Ny. Halimah Mochtar, yang turut makan, menyela: "Tapi
saya kok nggak kena." Mochtar memang punya kebiasaan untuk hanya
makan di hotel dalam perjalanan, tak pernah jajan di pinggir
jalan.
Balik ke Jakarta, mampir di Manila, ia merasa tak enak badan.
Dokter memberinya obat influenza. Kembali ke Jakarta temperatur
badannya bertambah, bahkan sampai 39ø C. Mochtar menolak
dirumahsakitkan. Tetapi ketiga anak-anaknya berkomplot dengan
dokter, dan Mochtar masuk Cikini. "Seumur-umur baru kali ini
saya sakit," katanya. "Kalau flu kecil, biasanya saya lawan
dengan kerja."
Syukur masa kritisnya telah lewat, tapi dokter tetap
menganjurkan istirahat di Cikini. Di situ dia bersebelahan
dengan Simbolon, tokoh AD yang terkenal di masa PRRI/Permesta
dulu. Yang menjenguk Mochtar banyak juga: Prof. Dr. Sumitro, Dr
Soedjatmoko, T. B. Simatupang, Ventje Sumual, misalnya. Mochtar
Lubis (56 tahun), kakek 3 orang cucu, menuturkan ada sebuah
koran luar negeri yang lantas meminta riwayat hidupnya. "Katakan
padanya," kata Mochtar, "saya baru akan mati setelah tahun
2000."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini