Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Ingin Kembali Ke Indonesia

Pemain tenis meja, Cheng Chung Yin, berkeinginan melatih pemain Indonesia. Pemain yang pernah mewakili Indonesia ke Singapura tahun 1954. Kini, menetap di Hong Kong dan melatih pemain negeri itu. (pt)

23 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CHENG Chung Yin (39 tahun) lahir di Yogya, dibesarkan di Semarang. Cheng adalah anak The Hok Tjin-Ang Siu Hwa. Tahun 1954, sebagai wakil Indonesia, Cheng dikirim ke Singapura untuk turnamen tenis meja. Tahun-tahun 19571959 dia berhasil memegang kejuaraan nasional untuk bidang tersebut. Lantas Cheng terkena PP 10/1959 (peraturan pemerintah yang melarang pedagang kecil dan eceran asing menjalankan usaha di luar ibukota swatantra tingkat I). Ia hijrah ke Peking dan melanjutkan studinya di sekolah pendidikan jasmani. Tamat tahun 1964. Sejak itu Cheng langsung jadi pelatih nasional tenis meja RRT. Gajinya, menurut pengakuannya, sekitar 90-100 Yuan. "Kalau dinilai dengan dolar Hongkong tak seberapa", kata Cheng. "Tapi untuk hidup di Tiongkok, itu sudah cukup". Sebab, "sewa rumah di Tiongkok hanya I yuan 70 sen sebulan. Sudah pakai listrik". (100 yuan sama dengan HK$ 250, dan HK$ 1 sama dengan Rp 93). Dia tinggal di Peking 10 tahun dan di Tientsin 2 tahun. Kemudian berhasil keluar dari RRT dan menetap di Hongkong. Tidak seperti kebanyakan para "alumni" RRT, ia bisa pindah secara legal. Cheng memang tidak menyebutkan alasan mengapa dia hijrah ke Hongkong. Tapi pernerintah RRT membolehkannya membawa sejumlah uang sebagai bekal, meskipun barang-barang kekayaan lainnya (ini juga berlaku bagi mereka yang pindah secara legal) harus ditinggalkan. Bersama isterinya Anny Lee dan anaknya Sylvia Cheng yang umurnya 9 tahun, mereka kini jadi warganegara Hongkong. Tetap menjabat pelatih tenis meja, di samping bekerja sebagai klerk pada Yao Yuen Trading Company. "Saya ingin sekali kembali ke Indonesia", ujar Cheng ketika hadir dalam kejuaraan dunia tenis meja ke-34 di Birmingham, Inggeris. Orangtua Cheng yang kini umurnya sekitar 60-an, masih menetap di Semarang. "Di Indonesia itu enak, orangnya ramah-ramah". Bahasa Indonesianya masih lancar. "Tapi kalau omong Jawa, saya lebih fasih". Berbicara tentang tenis meja Indonesia, Cheng ada berkata: "Di Indonesia banyak pemain berbakat. Jadi senang melatih mereka". Indonesia, dalam dunia tenis meja tadinya cuma mencapai urutan ke-13. Kini melorot sampai ke urutan 16. "Seandainya saya sempat melatih mereka setahun saja, prestasi mereka bisa meningkat. Bisa normor 10 di dunia". katanya. Selain Cheng, ada pula pelatih dan bekas pemain Tiongkok yang turut ke Birmingham. Sama seperti Cheng, mereka juga berasal dari Indonesia yang kemudian ke RRC terus keluar lagi dan menetap di Hongkong. Mereka adalah Cheng Ke Yick dan Chang Siu Ying. Keduanya memperkuat regu Hongkong ke Birmingham. Pemain puteri Chang Siu Ying adalah kakak pembalap terkenal Beng Suswanto. Tidak kangenkah dia dengan adiknya? Siu Ying, yang gemar membaca cerita silat dan pernah tinggal di Shanghai, dalam bahasa Indonesia yang lancar berkata: "Kangen. Tapi tiap ada balapan di Hongkong, saya selalu ketemu dia".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus