CHENG Chung Yin (39 tahun) lahir di Yogya, dibesarkan di
Semarang. Cheng adalah anak The Hok Tjin-Ang Siu Hwa. Tahun
1954, sebagai wakil Indonesia, Cheng dikirim ke Singapura untuk
turnamen tenis meja. Tahun-tahun 19571959 dia berhasil memegang
kejuaraan nasional untuk bidang tersebut.
Lantas Cheng terkena PP 10/1959 (peraturan pemerintah yang
melarang pedagang kecil dan eceran asing menjalankan usaha di
luar ibukota swatantra tingkat I). Ia hijrah ke Peking dan
melanjutkan studinya di sekolah pendidikan jasmani. Tamat tahun
1964. Sejak itu Cheng langsung jadi pelatih nasional tenis meja
RRT. Gajinya, menurut pengakuannya, sekitar 90-100 Yuan. "Kalau
dinilai dengan dolar Hongkong tak seberapa", kata Cheng. "Tapi
untuk hidup di Tiongkok, itu sudah cukup". Sebab, "sewa rumah di
Tiongkok hanya I yuan 70 sen sebulan. Sudah pakai listrik". (100
yuan sama dengan HK$ 250, dan HK$ 1 sama dengan Rp 93).
Dia tinggal di Peking 10 tahun dan di Tientsin 2 tahun. Kemudian
berhasil keluar dari RRT dan menetap di Hongkong. Tidak seperti
kebanyakan para "alumni" RRT, ia bisa pindah secara legal. Cheng
memang tidak menyebutkan alasan mengapa dia hijrah ke Hongkong.
Tapi pernerintah RRT membolehkannya membawa sejumlah uang
sebagai bekal, meskipun barang-barang kekayaan lainnya (ini juga
berlaku bagi mereka yang pindah secara legal) harus
ditinggalkan.
Bersama isterinya Anny Lee dan anaknya Sylvia Cheng yang umurnya
9 tahun, mereka kini jadi warganegara Hongkong. Tetap menjabat
pelatih tenis meja, di samping bekerja sebagai klerk pada Yao
Yuen Trading Company. "Saya ingin sekali kembali ke Indonesia",
ujar Cheng ketika hadir dalam kejuaraan dunia tenis meja ke-34
di Birmingham, Inggeris. Orangtua Cheng yang kini umurnya
sekitar 60-an, masih menetap di Semarang. "Di Indonesia itu
enak, orangnya ramah-ramah". Bahasa Indonesianya masih lancar.
"Tapi kalau omong Jawa, saya lebih fasih".
Berbicara tentang tenis meja Indonesia, Cheng ada berkata: "Di
Indonesia banyak pemain berbakat. Jadi senang melatih mereka".
Indonesia, dalam dunia tenis meja tadinya cuma mencapai urutan
ke-13. Kini melorot sampai ke urutan 16. "Seandainya saya sempat
melatih mereka setahun saja, prestasi mereka bisa meningkat.
Bisa normor 10 di dunia". katanya.
Selain Cheng, ada pula pelatih dan bekas pemain Tiongkok yang
turut ke Birmingham. Sama seperti Cheng, mereka juga berasal
dari Indonesia yang kemudian ke RRC terus keluar lagi dan
menetap di Hongkong. Mereka adalah Cheng Ke Yick dan Chang Siu
Ying. Keduanya memperkuat regu Hongkong ke Birmingham. Pemain
puteri Chang Siu Ying adalah kakak pembalap terkenal Beng
Suswanto. Tidak kangenkah dia dengan adiknya? Siu Ying, yang
gemar membaca cerita silat dan pernah tinggal di Shanghai, dalam
bahasa Indonesia yang lancar berkata: "Kangen. Tapi tiap ada
balapan di Hongkong, saya selalu ketemu dia".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini