BIASANYA, bekas gubernur, kalau tidak mendapatj abatan lain, langsung menjadi pengusaha atau aktif mengurus organisasi sosial. Tetapi tidak demikian halnya dengan bekas gubernur Nusa Tenggara Barat H.R. Wasita Kusumah. Ia, kini 63 tahun, pulang ke kampung, menjadi petani. "Soalnya, saya tak punya modal, dan kekayaan pun tak ada," kata Wasita. Di Kampung Sindanggalih, Tasikmalaya, Jawa Barat, Wasita Kusumah punya 600 bata sawah - kurang dari satu hektar - warisan orangtuanya. Areal itu diperluasnya dengan menggarap sawah orang lain, yang kebetulan telantar, dengan sistem bagi hasil. "Saya ingin tahu bagaimana suka duka menggarap sawah sendiri dan menggarap sawah orang lain," katanya. Sawah itu dibajak menggunakan kerbau, dan Wasita sendiri ikut bergelimang lumpur. Tidak rikuh? "Saya ini 'kan orang kampung, dari keluarga petani. Jadi gubernur barangkali hanya kebetulan saja," ujar ayah tujuh anak yang sudah punya sebelas cucu ini. Wasita menjadi petani tak lama setelah serah terima jabatan gubernur. Brigjen purnawirawan TNI AD ini memangku jabatan gubernur selama dua periode - 1966 sampai 1979. Di Sindanggalih, ia juga tak mencolok. Rumah yang ditinggalinya sederhana. Bedanya dengan penduduk yang lain, rumah bekas gubernur ini ada musalanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini