Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah tragedi heysel

Wakil pm jean gol dan lima menterinya mengajukan pengunduran diri karena mendagri nothomb yang dianggap tanggung jawab dalam tragedi heysel tak mau mengundurkan diri. raja menolak. pemilu dipercepat.(ln)

27 Juli 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KABINET Belgia sedang guncang. Bukan oleh kegagalan di bidang politik dan ekonomi, melainkan akibat kerusuhan di stadion Heysel, Brussels, 29 Mei silam. Dalam huru-hara yang mengawali pertandingan final perebutan Piala Eropa, antara kesebelasan Inggris Liverpool dan kesebelasan Italia Juventus, itu 38 orang tewas dan lebih dari 450 cedera. Selama ini, kesalahan umumnya ditimpakan kepada para suporter Liverpool, yang dinilai menyulut musibah. Tetapi, rupanya, para pejabat dan tokoh politik Belgia tak tinggal diam. Awal pekan lalu, Wakil PM Jean Gol bersama lima menteri anggota separtainya mengajukan permohonan meletakkan jabatan. Aksi ini mereka lancarkan karena Mendagri Charles-Ferdinand Nothomb, yang membawahkan polisi dan seyogyanya bertanggung jawab terhadap keamanan stadion Heysel, menolak mengundurkan diri. Esoknya, keadaan bertambah runyam ketika PM Wilfried Martens, yang memimpin pemerintahan koalisi empat partai kanan tengah Belgia, ikut mengumumkan niat mundur. Menyindir posisi Nothomb dalam hubungannya dengan tragedi Heysel, "Adalah kewajiban moral seorang politikus untuk turun panggung dalam keadaan ini," ujar Martens di depan Parlemen, Kamis pekan lalu. Tudingan kepada Nothomb mulai gencar sejak sepekan sebelumnya, setelah Parlemen menyiarkan sebuah laporan mengenai peristiwa berdarah itu. Dalam laporan 34 halaman itu, para pemuja Liverpool tetap ditempatkan sebagai pihak yang "prinsipil bertanggung jawab". Tetapi, pada bagian lain, kecaman juga dilemparkan ke alamat tuan rumah pertandingan. Asosiasi Sepak Bola Belgia (BFA) dan Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dipersalahkan dalam sistem penjualan karcis. UEFA juga dikecam karena menginspeksi stadion hanya sejam sebelum pertandingan, dan tidak melaporkan rawannya situasi di Blok Z, tempat suporter Juventus langsung bersebelahan dengan para pemuja Liverpool. Setelah mengkritik Kota Praja Brussels, yang dinilai gagal mengamankan stadion Heysel, komite sembilan orang yang menyusun laporan itu menempatkan Mendagri Nothomb sebagai "secara pribadi bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pertandingan" tersebut. Dalam urusan ini, polisi dan gendarmeri paramiliter, yang berada di bawah wewenang Mendagri, diblejeti habis-habisan. Dalam peristiwa itu, konon, polisi yang dikerahkan tidak memadai. Mereka lamban, sistem hirarkisnya kaku, bahkan batu baterai pesawat walkie-talkie mereka banyak yang zwak, sehingga pesawat tidak berfungsi ketika diperlukan untuk komunikasi. Polisi memang menangkap seorang tukang jok dari Liverpool, John Michael Ellis, yang dituduh meruntuhkan sebuah kios hot dog di luar stadion. Tetapi, "Ellis hanya kambing hitam, karena polisi gagal menangkap oknum yang sungguh-sungguh terlibat," tulis koran Brussels Le Soir. Laporan Parlemen itu, akhirnya, menuntut pengunduran diri Mendagri Nothomb, dan mengimbau mosi tidak percaya terhadap pemerintahan koalisi yang dipimpin Martens. Nothomb serta-merta menolak. Sebaliknya, ia mengharapkan sebuah perdebatan yang diselenggarakan dengan "penuh ketenangan". Martens dan sejumlah anggota kabinet langsung menyatakan siap mundur. Menghadapi keadaan ini, Raja Baudouin segera memanggil semua menteri yang bersangkutan. Raja, ternyata, tidak berkenan mengabulkan permohonan pengunduran diri itu. Sebagai jalan keluar, pemilihan umum, yang menurut jadwal akan diselenggarakan 8 Desember tahun ini, dipercepat menjadi 13 Oktober. Keberatan Raja Baudouin terhadap pengunduran diri itu, antara lain, karena PM Wilfried Martens, 49. dinilai berhasil memimpin pemerintahan kerajaan berbahasa dua itu. Naik panggung pada usia 42 (1979), Martens merupakan PM Belgia termuda. Anak petani dari Ghent ini membentuk pemerintahan koalisi antara partai-partai liberal yang berbahasa Belanda dan partai-partai tengah kanan yang berbahasa Prancis pada Desember 1981. Dengan kebijaksanaannya di bidang penghematan pengeluaran negara, Belgia terangkat menjadi satu di antara negara Eropa dengan standar hidup tertinggi. Angka pengangguran memang masih 12%, tetapi tempatnya sebagai negara Eropa kedua tertinggi dalam angka pengangguran kini sudah digantikan oleh Inggris.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus