"KESUKSESANNYA adalah penjara bagi hidupnya," tulis Becky
Yancey. Gadis berambut pirang lebih dari 10 tahun bekerja untuk
Almarhum Elvis Presley, sebagai sekretaris. Berikut ini tulisan
Yancey tentang tingkah laku Elvis, ditulis semasa bosnya masih
hidup.
Di istana Elvis di Graceland, Memphis, Tennessee, bermukim pula
para ajudan, staf, dan beberapa saudara Elvis. Biarpun hidup
dalam kemewahan tapi mereka tidak berani boros. Juga tidak ada
seorang pun - kecuali Yanccy yang berani naik ke atas, di kamar
di mana Elvis biasa tinggal seorang diri atau bersama kencan
wanitanya. Ruangan bawah yang penuh gelak ketawa, demikian Elvis
turun ke bawah jadi senyap. Semua menanti kata-kata atau
perintah apa yang akan diucapkan sang majikan.
Sering Almarhum mengadakan pesta film. Kapan film akan dimulai
tergantung pada kemauannya sendiri. Sering mereka menunggu dari
petang, dan film baru dimulai jam 1.00 tengah malam. Kalau film
tidak disenangi Elvis, 10 menit saja usailah pesta itu. Juga
tidak seorang berani duduk di depan Elvis. Pemandangan antara
layar dan Elvis harus bersih. Di pesta demikian pula. Elvis
sering mengundang beberapa penggemarnya untuk pesta tutup tahun
dengan cara menyewa klab malam. Kalau Elvis berdansa, lantai
biasanya jadi bersih dari pedansa lain yang tadinya
asyik-masyuk. Sering pula dia cuma menghadiri pesta 10 menit,
kemudian keluar atau naik ke kamarnya kembali kalau pesta
diadakan di istananya.
Pada hari ulang tahunnya ke-40, ada kabar santer Elvis sakit.
Seberapa parah? Sakit apa? Tidak ada yang tahu, kecuali dokter
pribadinya dan dua tiga orang teman terdekat. Ada yang
mengatakan dia parah lantaran kelewatan berusaha menguruskan
tubuhnya yang gampang jadi gemuk. Dikabarkan pula dia pernah
menjalani operasi plastik untuk mempercantik muka, menghilangkan
gemuk di dagunya yang dobel, karena ia ingin muncul di depan
umum dengan tubuh yang sama: sebagai simbol seks tahun-tahun
1955-an.
Di saat-saat terakhir dia sering marah. Pernah, penjaga rumahnya
terlambat beberapa menit membuka gerbang. Kepada sopir dia
memerintahkan menabrak saja itu gerbang besi dengan Cadillac-nya
yang mewah. Dan sopir mengerjakan, tentu.
Tulisan lain dari Caroline Kennedy tentang raja rock ini, cukup
menarik. Tanpa menunjukkan kartu pers atau identitas lainnya,
Caroline berhasil masuk ke kamar di mana tubuh Elvis
dibaringkan, sementara ribuan pengunjung dan puluhan wartawan
gagal masuk ke rumah yang dibuat dari batu tembus pandang itu.
Caroline bekerja secara sambilan untuk harian New York Daily
News, dan terpukau oleh rumah dengan 18 kamar yang serba mewah.
Tulisnya:
"Di ujung kamar yang luas, terbaring peti mati Elvis terbuat
dari tembaga yang gemerlapan. Muka Elvis tampak gembung dan
cambangnya sampai ke dagu. Di belakang peti mati ada sebuah gang
luas di mana berdiri patung wanita telanjang terbuat dari kaca.
Kaca dibuat sedemikian rupa, sehingga patung wanita tersebut
seakan berdiri dalam air yang bergelombang. Di sekeliling peti
mati ada beberapa pohon palma dan plastik. Langit-langit kamar
terbuat dari gambar dirgantara pada dasar kain beledu hitam.
Ruang menuju kamar makan dihias dengan tirai, dari langit-langit
berjumbai ke bawah mencium ubin, dengan tali-tali yang
menyerupai emas. Di ruang makan ada sebuah meja dari kayu mahoni
yang besar. Dikelilingi kursi kayu tinggi yang dibungkus kain
satin merah darah, dirajut oleh benang emas dan batu mulia
kecil-kecil." Gemerlap benar ya?
Sayang tulisan Caroline untuk New York Daily News terlambat
tidak dimuat, karena melewati deadline. Kabarnya tulisan
tersebut masih akan muncul di majalah Rolling Stone.
Benta terakhir tentang Raja Rock ialah: polisi Memphis berhasil
membongkar komplotan penculik mayatnya. Kabarnya komplotan
tersebut siap dengan alat peledak untuk memporak-porandakan
musoleum Elvis dan ibunya yang terbuat dari batu marmer mahal.
Komplotan berniat akan meminta uang tebusan tinggi nantinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini