SEJAK permulaan tahun tujuhpuluhan Presiden Marcos sudah mulai
melancarkan berbagai operasi tertib. Salah satu di antaranya
ditujukan untuk memberantas korupsi, penyelewengan dan
penyalahgunaan jabatan, tanpa pandang bulu. Ia bertekad dalam
waktu singkat, paling lama sampai akhir masa pemerintahannya,
Pilipina yang benar-benar tertib sudah tercipta.
Otak dan penggerak operasi tertib itu ialah seorang bekas
perwira Angkatan Laut Pilipina Alejandro Melchor. Ia dekat dan
sangat dipercaya oleh Presiden Marcos. Cerdas, mcmpunyai
kepercayaan diri sendiri yang kokoh dan cintanya pada tanah air
bukan main.
Dengan jabatannya sebagai Menteri Sekretaris Negara (Executive
Secretary), ia turut mengangkat wibawa birokrasi Pilipina.
Obsesinya pada pembangunan bangsa (nation building), keteguhan
pendiriannya, serta kepintarannya, mewarnai hampir setiap
langkah pembaharuan di Pilipina.
***
Waktu operasi tertib - yang di Pilipina dikenal dengan purge
--dilancarkan, banyak orang bersikap skiptis. Tetapi dengan
tenang dan pasti Melchor meneruskan tekad dan misinya. Sapunya
tertuju pada semua sasaran penyelewengan. Eksekutif, legislatif,
malah juga judikatif. Sipil maupun Angkatan Bersenjata. Waktu
operasinya menyentuh Kantor Bea Cukai Pilipina dan seorang kakap
terbabat, reaksipun sengit. Lapangan Udara Internasional Manila
dibakar konon oleh mereka yang sakit hati karena operasi tertib
ini.
Tetapi Ketua Opstib tidak gentar. Ia telah memperhitungkan
reaksi semacam itu. Malah yang lebih buruk sekalipun.
Waktu operasi tertib harus menghadapi pembersihan di kalangan
Kepala Daerah, Marcos mengisyaratkan agar ditempuh cara yang
lembut. Para Gubernur dan Walikota tidak boleh disakiti. Karena
itu dengan memanfaatkan habisnya masa jabatan mereka, Marcos
mengajarkan sopan santun politik baru. Mereka supaya secara
kesatria memenuhi tuntutan konstitusionil, mengajukan permohonan
meletakkan jabatan kepada Presiden. Kemudian diam-diam
orang-oMng itu dinilai oleh Opstib, apakah kondiutenya
meyakinkan untuk diangkat kembali. Bila tidak, permohonan itu
diterima!
***
Opstib akhirnya menghadapi medan kerja yang sangat luas dan
kompleks. Karena itu pelaksanaannya tidak bisa semata-mata
didasarkan pada operasi pendadakan. Suatu cara yang sistematis
mulai dikembangkan.
Juga ketua Opstib Pilipina sadar bahwa perlu dijaga jangan
sampai tujuan murni misinya disalah gunakan untuk tujuan politik
praktis. Atau untuk melampiaskan dendam kesumat.
Maka disusunlah kriteria obyektif apa yang dimaksud dengan
"tidak tertib." Semuanya diukur secara jujur dan bertanggung
jawab. Malah konon digunakan metode ilmiah dan penilaian
kwantitatif. Korupsi, hidup mewah yang berlebihan, menerima
suap, menyalah gunakan jabatan, anak atau kerabat melakukan
kejahatan, melindungi perusahaan yang menyelundup, memeras atau
menipu, menghindar pajak, moral yang bejat dan sejumlah variabel
lainnya konon dinilai semuanya.
Tiap pejahat, melalui operasi intel yang intensif, tercatat
kondiutc ketertibannya dalam bentuk keterangan mengenai hal-hal
tersebut di atas. Program komputer dibuat di National Compter
Center khusus untuk mengolah data-data tersebut. oan disusunlah
macam-macam kategori "tidak tertib," atas dasar kriteria yang
digariskan ketua Opstib. Hasil pengolahan ini dinilai kembali
oleh Opstih, sebelum disampaikan kepada Presiden untuk diambil
keputusan.
Tak seorang pun meragukan integritas ketua Opstib dan
aparaturnya. Saat itu dukungan politik terhadap usaha
pembersihan ini dan harapan masyarakat sangat besar.
**
Sebelum daftar hasil penilaian Opstib terhadap semua pejabat
tinggi -- sipil, militer dan perusahaan negara -- sampai pada
Presiden Marcos, kabarnya info itu telah bocor ke banyak
kalangan. Karena itu suasana psykhologis jadi kacau sebelum
diambil tindakan.
Yang paling tersentak konon perwira-perwira teras Angkatan
Bersenjata Pilipina. Barangkali karena tak tahan menghadapi
kemungkinan pembeberan fakta yang bisa melemahkan persatuan
nasional itu, sejumlah Jenderal secara bersama-sama siap
meletakkan jabatan. Tetapi ketua Opstib tetap tenang. Ia sadar
akan besarnya dukungan perwira-perwira muda yang tak sabar lagi
mendambakan Pilipina yang tertib dan bersih.
Juga ia sadar bahwa misinya semata-mata membawa perintah dan
mandat penuh Presiden. Karena itu, iapun tampaknya tiada takut
bila show lown politik terpaksa harus terjadi.
Dalam kemelut semacam itu, muncullah paktor kerabat Nyonya
Presiden, Imelda Marcos. Di antara mereka didesas-desuskan ada
yang nama-namanya berada pada kelas tidak tertib dalam rancangan
pembersihan ini.
Dengan penuh kegetiran Ibu Negara yang lagi menjalankan misi
diplomatiknya di Libia mendapat berita yang kurang sedap itu.
Dan kabarnya iapun mengangkat masalah ini ke dalam urusan rumah
tangga keluarga Marcos.
Gelagat ini tentu dirasakan kurang nyaman bagi ketua Opstib.
Setelah melampaui periode tenggang-rasa yang relatif singkat,
iapun menjaiankan sopan santun politik baru di Pilipina tadi.
Untuk mengukur apakah Presiden masih kokoh dengan perintah
pembersihan itu kepadanya, iapun mengajukan permohonan berhenti!
Dengan bahasa manis, penuh haru dan ketulusan Presiden menjawab
surat ketua Opstib itu dengan tangan pribadinya. Ia menerima
pengunduran diri Melchor . . .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini