SAYA seorang Muslim yang belum baik, tapi saya berusaha menjadi Muslim yang baik," ini kata-kata Jeihan, 46, pelukis kelahiran Solo yang ibunya berdarah Cina. Mualaf ini ternyata sudah membangun masjid kecil di dekat sanggarnya di Cicadas, Bandung. "Saya sangat bahagia karena Allah telah mempercayai saya," katanya tentang masjidnya itu. Biayanya semua dari kantungnya sendiri. Berapa? "Saya tidak hitung benar. Dari harga bahan sampai tukang, saya tak tawar-menawar. Yang jelas, semua uang itu uang halal, tak ada sesen pun dari luar," kata ayah lima anak ini. Kini, setiap malam, di masjid itu ada tarawih, diisi anak-anak kampung sekitarnya. Kebetulan di kampung itu ada KKN mahasiswa IKIP Bandung. Dua sanggar kepunyaan Jeihan dipakai asrama, untuk putra dan putri. Mahasiswa KKN ini yang mengajarkan mengaji untuk anak-anak kampung sehmgga suasana sekitar masjid itu selalu ramai. "Pucuk dicinta ulam tiba," ujar Jeihan tentang suasana yang ramai itu. "Saya ingin membangun sanggar lagi di sekitar masjid ini, tempat pengembangan iman, ilmu, dan seni. Mudah-mudahan Allah mengizinkannya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini