DALAM waktu dekat ini, katanya, Amerika akan mencari seorang
presiden berkulit hitam. Dan Ali, dengan popularitas yang
diperolehnya karena berhasil jadi juara dunia tinju 3 kali, akan
merupakan pilihan yang menarik.
Siapa yang berpendapat begitu? Lho, Mohammad Ali sendiri, tentu
saja. Tapi 7 Januari lalu dia bertemu Presiden Carter di Gedung
Putih dan menyatakan dukungannya pada Carter atas pencalonannya
kembali sebagai presiden. Dan dia juga melaporkan bahwa telah
membentuk satu organisasi "Atlet bagi Carter".
"Saya sungguh-sungguh mendukung Presiden Carter karena dia
serius dan saleh," katanya pada para wartawan. Tak ada persoalan
bahwa Carter penganut Kristen dan Ali sendiri beragama Islam.
"Carter adalah seorang penyabar," katanya dengan suara pelan,
"dan dia adalah presiden terbesar yang pernah kita miliki."
Namun di pelataran Gedung Putih yang tertutup salju, di tengah
kerumunan para wartawan dan juru kamera yang sejak tadi
menungguinya, sambil memandang sekeliling Ali melamun. "Saya
kira, sayalah orang kulit berwarna pertama yang akan menjadi
presiden . . . Saya pikir, seperti itulah saya sekarang ini."
"Di dalam sana," katanya lagi sambil menunjuk gedung
kepresidenan itu, "ada beberapa karpet yang akan saya ganti."
Orang-orang di sekelilingnya tertawa riuh. "Jangan anggap remeh
saya . . !" Ali memperingatkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini