JAKARTA sehari-hari bukan kota sepeda. Tapi Presiden Soeharto sangat gesit mengendarai sepeda. Itu dibuktikan Pak Harto, Jumat pagi pekan lalu, menyambut Hari Olah Raga Nasional. Presiden yang disertai Ibu Tien keluar dari rumah Jalan Cendana pukul 6.10 pagi. Wajahnya cerah dengan berhaus putih, celana krem. Ibu Tien juga bercelana sport. Di halaman rumah itu, Pak Harto langsung menyambar sepeda tandem (yang digenjot dua orang). Posisi sepeda belum sempurna, Ibu Tien sudah naik di belakang. Sepeda oleng. "Pak....Pak ... awas, lho, hati-hati...." Pak Harto tenang saja, "Yo, 'ko 'sik to . . . sebentar, sebentar." Begitu sampai di jalanan, woo, Pak Harto menguasai kendaraan angin itu dengan baik. Rombongan pun bertambah, sejumlah menteri dan pejabat tinggi ikut bersepeda menuju Monas. Yang memakai sepeda tandem seperti Pak Harto hanya Pangab Try Sutrisno. Bedanya, Pak Try tidak berduet dengan istrinya, tapi dengan Nori -- itu anak gadisnya yang kuliah di Universitas Trisakti. Di Jalan Teuku Umar, duet Pak Harto dan Ibu Tien semakin bersemangat. Rombongan ini memenuhi jalanan. Pak Harto sempat bergurau, "Waah, kita menyalahi aturan lalu lintas, nih. Maaf, ya, Pak Polisi." Gurauan ini disambut tawa. Semula dipersiapkan, setelah menyaksikan berbagai senam di Monas, Pak Harto pulang dengan mobil. Tapi tidak. Pak Harto tetap di atas sepeda, hanya rutenya berbeda, kali ini lewat Jalan Sabang lalu Wahid Hasyim. Di dekat Wisma Antara sepeda tandem Pak Harto mengalami kerusakan. Untung, Pak Try membawa tandem, dan itu diserahkan ke Pak Harto. Akhirnya, sampai tiba kembali di Jalan Cendana, duet Pak Harto-Ibu Tien tetap kompak, sehat, segar, dan ceria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini