Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

tokoh

Menghindar dari wartawan

Nyonya hardjanto sumodisastro menghindari pertanyaan wartawan yang ingin mewawancarai suaminya sehubungan dengan adanya perpecahan dalam pdi.(pt)

31 Desember 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUHU pertarungan antara PDI hasil Kongres dan PDI tandingan rupanya menjalar juga ke rumah. Sampai-sampai Nyonya Sunawar (ayu kuning semampai) turut tegang. Asal Manado, tapi lahir di Jawa, ibu 8 orang anak ini biasanya jadi 'penjaga gawang" rumah kalau ada wartawan datang atau menelepon untuk wawancara. "Saya ini ibu rumahtangga saja. Berkewajiban melindungi dan mengikuti persoalan suami." Ketika TEMPO mendesak lagi untuk mewawancarai sang suami, kata Nyonya Sunawar: "Apa lagi sih yang mau ditanyakan? Kan sudah banyak dimuat di koran-koran. Bapak tidak boleh diganggu. Lagi istirahat." Ia pernah kuliah di Fakultas Hukum Universitas Pajajaran. "Tidak perlu tahu nama gadis saya, karena saya menikah dengan Pak Sunawar 30 tahun lamanya." Dia sering pergi ke Jalan Cendana, "tapi itu kan urusan Ria Pembangunan," katanya. Tahun-tahun 1972-1974, Nyonya Sunawar memang jadi Ketua I Ria Pembangunan, dan kini anggota biasa. Nyonya Hardjantho Soemodisastro lain lagi. Ia selalu menghindar setiap ada pertanyaan tentang pribadi. Menikah dengan Hardjantho (yang diangkat jadi Ketua DPP PDI Tandingan dan juga Ketua MPP3 selama 28 tahun, ia mempunyai tujuh orang anak dan seorang cucu. Gadis Madura yang lahir di Bondowoso ini merasa senang kalau bisa menyajikan suami "lauk pecel dan ikan asin kecil-kecil, digoreng kering" "Bapak sedang sakit," kata Nyonya Hardjantho. Ketua MPP yang dinyatakan sedang sakit ini dalam suatu konperensi pers disebut sebagai cukong PDl tandingan - selain usahawan terkenal Hasyim Ning. Rumah Hardjantho di Kebayoran memang lebih mewan dibanding rumah pimpinan PDI Tandingan yang lain. "Lha kok saudara mau wawancara," kata Nyonya, "sedangkan saya, isterinya, mau omong-omong saja tak ada kesempatan." Berapa tinggi badan? "Mau apa'? Kok tanya-tanya tinggi badan." Tambahnya lagi dengan santai: "Apa mau dikirimi peti mati? Saya kan sudah tua." Pertanyaan wartawan memang sering menjengkelkan. Sebab ketika hal itu ditanyakan juga kepada Nyonya Isnaeni, dia berucap: "Ini mau apa sih. Kok tanya tinggi badan segala." Nyonya yang terakhir ini lebih tenang dan polos. ahir di Madiun, nama gadisnya Yuniati, pendidikan Mulo. Selama 35 tahun menikah, ia menyaksikan 11 tahun lamanya Isnaeni duduk sebagai Wakil Ketua DPR. Dalam PDI Tandingan Isnaeni adalah Ketua Umum. Yuniati Isnaeni hingga kini Penasehat Iswati, persatuan isteri karyawan DPR. "Saya mengikuti persoalan yang dihadapi suami saya," kata isteri orang politik ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus