ARTIS Indonesia memang dikenal suka latah. Setelah lagu We are the World sukses, pemusik Bimbo langsung mengeluarkan rekaman Kita adalah Satu. "Dilihat dari mutu lagunya, kebersamaan pendukungnya, serta usaha kemanusiaannya, We are the World memang bagus. Boleh, dong, meniru yang bagus," begitu alasan Acil, salah seorang dari Bimbo. Pemusik dari Bandung ini mengundang artis pendamping, seperti Andi Meriem Mattalatta, Vina Panduwinata, Ully Sigar Rusadi, Elfa's Singer, dan Harvey Malaiholo, beramai-ramai menyanyikan lagu versi Bimbo tersebut. Beda Bimbo dan kawan-kawan dengan musisi Amerika Serikat itu adalah hasil komersial lagu Kita adalah Satu tidak dikirim ke Etiopia. Menurut perjanjian yang dibuat di depan notaris, Bimbo akan menyerahkan Rp 250 per kaset yang terjual untuk Yayasan Penderita Anak Cacat. Ternyata, sumbangan itu dibebankan Bimbo pada pembeli kaset. Sebab, Bimbo memasang harga Rp 2.000 untuk sebuah kaset - kaset lagu-lagu Indonesia yang paling mahal sebelum ini cuma Rp 1.750. Lantas, mana sumbangan para artis Indonesia itu? Ternyata, tidak ada, karena artis pendukung Kita adalah Satu mendapat honor. "Kami memang tak bisa menyumbang seratus persen karena biaya produksi mahal," kata Acil. "Mana ada yang gratis di negeri kita ini?" sahut Sam. "Dan terus terang saja, kami ini berdagang. Tapi sambil berdagang kami sisihkan juga sebagian untuk amal."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini