DI kampus Universitas Berkeley, California, sepasang remaja
menari payung. Yang perempuan, Minnie, istri Emil Salim,
sekarang Menteri PPLH, turun pentas dengan senyum masam. Si pria
mengaku "Saya memang tak pandai menari. Tapi yah, untuk cari
teman saya coba."
Lelaki itu Madjid Ibrahim -- yang seminggu sebelumnya terpaksa
berlatih menari kepada Rahadian Yamin, anak Prof. Mohammad
Yamin. Itu tahun 1959. dan 15 Maret 1981, Senin Madjid Ibrahim,
Gubernur Aceh itu, meninggal karena sakit jantung.
Ia lahir tahun 1926. Ayahnya Tengku Haji Ibrahim (alm), pendiri
sebuah pesantren di Seulimeum, Aceh Besar. Tapi Madjid sendiri
mencari ilmu di rantau. Kelas satu SMA di Yogya, sedang
kesarjanaannya lewat Fakultas Ekonomi UI (1959) dilanjutkan
selama dua tahun di Berkeley -- bersama Emil Salim dan Ali
Wardhana. Tahun 1960-an sempat jadi guru besar di UI sebelum
pindah ke Universitas Syiah Kuala Banda Aceh yang kemudian
direktorinya.
Bekas anggota Tentara Pelajar dan Staf Pengurus Besar HMI itu
kemudian memegang jabatan Deputi Ketua Bappenas. Sebelumnya
sejak Juni 1978 Gubernur Aceh. Dialah yang di tahun 1970
membentuk Aceh Development Board (ADB), semacam Bappenas daerah
-- ide yang kemudian diterapkan pemerintah di seluruh daerah
tingkat I dan II dan dikenal sebagai Bappeda.
Penyakit diabetes, kemudian jantung, menggerogoti lelaki
berperawakan sedang berkulit hitam itu. Akibatnya dalam
pertemuan para kepala daerah dengan Presiden baru-baru ini,
Madjid absen. Dia masuk rumah sakit -- mula-mula di Medan,
kemudian sejak 2 Maret di ruangan ICU Rumah Sakit Husada,
Jakarta.
"Nyawa kita di tangan Allah," katanya suatu kali kepada Emil
Salim ketika ia diperingatkan Emil dalam soal kesehatannya. Dan
masuk waktu asar hari Ahad lalu itu, ia pun menemui Tuhannya --
meninggalkan istri Ny. Rochani, 4 putra dan 1 putri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini