AGAK jarang suatu keluarga mempunyai tanggal dan bulan kelahiran yang sama. Tapi hal itu terjadi dalam keluarga Presiden Soeharto. Ibu Tien dan putri bungsunya Siti Hutami Endang Adhiningsih, Kamis pekan lalu sama-sama merayakan hari ulang tahun di kediaman Jalan Cendana. Ibu Tien genap 61 tahun, sedang Siti Hitami 20 tahun. Upacara itu tertunda sejenak, menunggu kedatangan si bungsu. Lho ke mana? Tidak banyak yang tahu. Tapi ternyata Siti Hutami pada hari ulang tahunnya itu membayar kaul dengan berjalan kaki Bogor-Cibinong, sejauh sekitar 25 km. Mamiek, demikian panggilan intimnya, berkaul: kalau ia berhasil naik tingkat di IPB, ia akan berjalan kaki Bogor-Cibinong. Mamiek, menurut beberapa temannya, memang tekun belajar. Maklum, di IPB, yang menggunakan slstem gugur, tahun pertama tahun paling berat. Mamiek berhasil lolos dari lubang jarum, kini ia menginjak tahun kedua di Jurusan Statistika dan Komputasi Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam IPB. Si bungsu keluarga Presiden ini sering lolos dari publikasi. Di Bogor ia tinggal di daerah Ciheuleut, perkampungan sederhana. Seperti umumnya mahasiswa, ia pun menyewa sebuah rumah, berpatungan dengan teman-temannya. Ke kampus, sekitar satu kilometer, ditempuhnya dengan jalan kaki. "Mbak Mamiek sederhana, ia suka bergaul dengan masyarakat sekitarnya," kata temannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini