SEORANG srikandi, Nurfitriyana Saiman, 26 tahun, dihujani lampu blitz Kamis malam lalu di Gedung KONI Jakarta. "Ih, kita jadi pengantin," celetuknya. Malam itu, Yana, demikian dia dipanggil, bukan menikah. Ia dinobatkan sebagai olahragawan/wati terbaik 1988 pilihan Siwo-PWI Jaya. Untuk olahragawan beregu terbaik, Yana dan dua kawannya, Lilies Handayani dan Kusuma Wardani, juga terpilih. Inilah tiga srikandi yang memperoleh medali perak pada Olimpiade Seoul yang lalu. Tak ada hadiah yang berarti yang diterima Yana malam itu, kecuali piagam, piala, dan ucapan selamat. Tapi esoknya, ketiganya terbang ke Arab Saudi melakukan umrah. Ini hadiah dari Biro Perjalanan Tiga Utama. Dan sesungguhnya, begitu kata Yana, yang membuat ia bangga bukan hadiah-hadiah itu, melainkan cabang olah raga panahan kini lebih diperhatikan. Padahal dulunya Yana, yang mahasiswi STIE Perbanas itu, sudah niat mengundurkan diri. Maka, penghargaan dan hadiah itu pun tidak dibangga-banggakannya. Umpamanya, sedan Mazda 323, yang baru dibelinya itu. "Saya jarang pakai ke tempat latihan atau ke sekolah, kalau nggak betul-betul terpaksa," katanya. "Saya nggak mau kelihatan laln dl mata teman-teman." "Sang Pengantin" ternyata memang masih lama jadi pengantin. Pacar, katanya, sudah ada. Rencana kawin pun sudah dirancang tahun ini, supaya tak kalah dengan Lilies dan Wardani. Tapi, "Belum tahu persisnya, soalnya tahun Ini masih ada SEA Games, Kejuaraan Asia dan dunia," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini