Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Operasi Saluran Kencing

Kasman singodimejo, ketua presidium univ. muhammadiyah dan dosen dari berbagai perguruan tinggi menjalani operasi saluran kencing. (pt)

21 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUNAS ke-2 Majelis Ulama Indonesia akhir bulan lalu memberi dua hadiah kepada Prof. Mr. Dr. Kasman Singodimedjo. Pertama, wakil ketua PP Muhammadiyah itu dibolehkan bebas dari jabatan apa pun di MUI. Kedua, Senin pekan lalu dia terpaksa menjalani operasi saluran kencing. Yang kedua itu gara-gara Prof Kasman selalu menahan kencing dalarn sidang-sidang Munas 26 Mei 1 Juni tersebut. "Jadi kencing itu pun punya hak asasi. Saya menekannya, akhirnya terjadi pembengkakan," tutur kakek dari 13 cucu ini, sehari setelah operasi. Operasinya sendiri hanya berlangsung setengah jam, tapi ia sudah harus masuk RS Islam Cempaka Putih sejak 31 Mei. Dan selama menunggu, tokoh yang sekarang dikenal sebagai dosen di berbagai perguruan tinggi itu, antara lain IAIN Jakarta, tidak tinggal diam. Pada 3 Juni ia masil memberi kuliah di Perguruan Tinggi llmu Al-Quran (PTIQ). ksok harinya memberi kuliah di Institut llmu Al-Quran (IIQ). Malamnya menyerahkan jabatan ketua presidium Universitas Muhammadiyah kepada Ir. Umar Tusin. Dan Sabtu 7 Juni, dua hari sebelum operasi, masih ikut menguji calon sarjana IIQ. Semua itu dilakukannya dengan memakai sarung karena ia harus memakai slang untuk buang air kecil. Dan ia pun pulang balik dari rumah sakit. Dan ini pun bukan operasi pertama kali bagi Kasman. Ayah 6 anak ini, dalam usianya yang kini 76 tahun, telah mengalami operasi lima kali. 1959 ia operasi tumor. 1960, mata. 1970 empedu. 1978 prostat. Dan kini saluran kencing. Tapi dia tetap nampak sehat. Mengaku penerimaan sebulannya sekitar Rp 250 ribu (dari pensiunnya sebagai menteri muda kehakiman dan beberapa jabatan lain), ia merasa cukup bisa hidup bersahaja beserta istrinya, Supinah Kasijati, yang dikawininya di zaman Jepang. Orang tua ini memang cinta kesederhanaan. Rumahnya di bilangan Cempaka Putih, tanpa mobil. Suka jalan kaki sebelum naik bis. Hanya jika terpaksa sekali, karena mengejar waktu atau kalau mobil yang menjemputnya untuk mengajar terlambat muncul, ia naik taksi. Barangkali itu yang membuatnya awet muda. "Saya ini untuk umat," katanya. "Saya selalu pasrah seandainya saya dipanggll kembali oleh Allah. Sebab usia saya sudah melampaui usia Nabi Muhammad."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus