MAJALAH berbahasa Sunda Mangle, pekan lalu kehilangan R.H. Uton
Muchtar -- pendiri dan pemimpin redaksi.
Uton mendirikan majalah tersebut tahun 1957, 3 tahun sebelum
pensiun dari Jawatan Kehutanan Provinsi Ja-Bar. Waktu itu
pimpinan umumnya istrinya, Ny. Rochamina Sudarmika -- sampai
sekarang.
Lahir di Garut, 1901, setelah dewasa dikenal sebagai "orang
serius". Tapi tulisannya justru penuh humor dan nampaknya begitu
digemari pembaca Mangle. Cerita bersambungnya Nyi Suirah,
menceritakan janda kaya yang jatuh miskin karena suka iseng,
berhasil menaikkan oplah dari 10 ribu sampai hampir 70 ribu. Itu
berlangsung 1960-1966, tahun-tahun kejayaan Mangle.
Menurut Wachju Wibisana, redaktur pelaksananya, selera Uton
agaknya cocok untuk tahun-tahun 60-an tersebut. Sesudah itu
oplah Mangle turun terus, dan kini hanya sekitar 10 ribu. Tapi
karyawannya cukup banyak: 30 orang.
Sebagai pemimpin redaksi Uton tak segan-segan turun tangan
sendiri -- "seperti mencari dan mengangkut kertas koran," cerita
istrinya.
Ia, anak kiai dari Garut, juga dikenal sebagai orang sosial.
Uang pensiunnya dari pemerintah (terakhir Rp 90 ribu) selalu
dibagi-bagi kepada masj id dan madrasah di Tarogong (tempat
lahir istrinya) dan Limbangan (dusun tempat lahirnya). Bahkan
tanahnya di Tarogong seluas 2.500 meter persegi diwakafkan untuk
pesantren.
Almarhum meninggalkan anak dan 12 cucu. Tulisan terakhirnya
belum selesai, cerita bersambung Karnadung Sareng Maung.
Cita-citanya yang tidak terwujud: punya percetakan sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini