ENAM jam sehari Devi Hariman menghadap kaca. Dan bisa
menghasilkan duit. Bukan merias dirinya, melainkan merias kaca.
Di rumahnya yang sejuk dan luas di kawasan Kemang, Jakarta
Selatan, sarjana arsitektur lulusan Jerman itu melukis di atas
kaca. Sempat 14 tahun bermukim di Jerman, sejak 1965 ibu dua
anak ini sering memamerkan karyanya di berbagai kota di sana.
Sedang di Indonesia baru sekali, tahun 1977. "Bukan tak mau
pameran tapi tak punya waktu karena banyak mengerjakan pesanan,"
kata istri pengusaha itu tanpa bersedia menyebut harga
lukisannya.
Tapi bisa diperkirakan lumayan mahal, karena dia bersama
keluarga bisa meneruskan hobi lainnya, yaitu memancing. Bukan
hanya di sekitar Teluk Jakarta, tapi juga bisa sampai ke
Australia. Selain itu, bahan lukisannya sendiri, menurut Devi
"Catnya khusus saya datangkan dari Jerman" - dan, katanya,
itulah beda lukisannya, dengan karya pelukis kaca tradisional di
Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini