Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Pernikahan putri ke-5

Ny. ahmad yani, janda almarhum jenderal ahmad yani menikahkan putrinya yang ke-5, widna ani andriani, 27, dengan judi magio jusuf, 28. (pt)

14 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA ditanya apa tidak ada niat menikah lagi, cepat dia menjawab: "Buat apa sih? Nanti malah cari penyakit." Diam sejenak, kemudian disambungnya lagi: "Eh, jangan mendahului Tuhan. Pokoknya, belum ada minat." Nyonya janda A. Yani, walau usianya sudah setengah abad, tetap muda. 23 September lalu Nyonya Yani mantu. Puteri ke-5, Widna Ani Andriani A. Yani (27 tahun) dengan Judi Magio Jusuf (28 tahun), letnan I lulusan Akabri, duduk di tingkat akhir FHUI. la mantu ke-6 -- jadi tinggallah dua orang lagi yang belum "jadi orang". Apa kesibukan nyonya Yani kini? Jawabnya: "Seumur hidup cuma mendampingi Bapak sampai meninggal. Sesudah itu, saya tak punya keahlian apa-apa. Sekolah juga cuma sampai SMA." Biar begitu ia pernah coba-coba jadi seorang wiraswasta. Sekaligus untuk menghilangkan duka. Nyonya Yani membuka. sebuah toko suvenir di Kebayoran. "Waduh rasanya isin banget," ujarnya, "rasanya canggung sekali." Walhasil tokonya cuma bisa hidup setahun. "Enggak laku. Saya juga pemalu," katanya. Kemudian membuka warung, menjual dari mulai minyak tanah sampai beras dan keperluan rumahtangga lainnya. Pernah ketika dia menerima tawaran seorang pengusaha Jepang untuk mengekspor gaplek, dicarilah gaplek ke berbagai tempat. Tapi jumlah gaplek yang diminta tidak bisa ditutupnya. Juga baru diketahui bahwa ada larangan mengekspor gaplek ! "Pusing saya. Mana tuntutan anak-anak semakin banyak, dan yang duduk di bangku universitas juga semakin besal Gaplek kemudian dijualnya kembali. Ada akal. Tanahnya yang di Kemang, Jakarta Selatan, 1.000 mÿFD dibagi dua. Sebagian didirikannya rumah untuk dikontrakkan. Sisa tanah didirikan rumah lagi, kemudian dijual. Mulailah Nyonya Yani bisnis jual-beli rumah. Ini rupanya membawa untung. Tapi itupun diakhirinya tahun 1975. Namun "saya tenang-tenang saja," katanya. Pensiunnya sebagai isteri Menteri Panglima AD, Rp 71.200. Ada tambahan dari Departemen Sosial Rp 30.000, dari Angkatan Darat Rp 70.000 dan dari Sekretariat Negara Rp 125.000. Dari uang simpanan di bank sebagai hasil jual-beli rumah dulu, Rp 150.000 dia terima setiap bulan. "Saya selalu datang ke Lubang Buaya setiap acara Kesaktian Pancasila," katanya. "Tak pantas kami mengucurkan air mata. Itu artinya menyesali. Kita malah bangga."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus