Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

tokoh

Emosi Didiet Maulana dalam Puisi

Desainer Didiet Maulana mengekspresikan kedalaman emosi lewat puisi. Memberikan perspektif baru.

20 Oktober 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESAINER Didiet Maulana telah terbiasa mengeksplorasi tekstur, warna, hingga bentuk keindahan dalam karya desain busana. Ini sebuah proses kreatif yang ia ramu dengan kedalaman emosi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun perancang busana 43 tahun itu juga menemukan puisi sebagai wahana lain untuk mengekspresikan kedalaman emosi yang tak dapat dimunculkan secara visual. Maka lahirlah buku antologi puisi bertajuk Pesan yang Datang Belakangan yang diluncurkan pada 10 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Didiet menuturkan, buku kumpulan puisi setebal 248 halaman itu mengangkat kisah cinta, kesendirian, kegagalan, dan kerapuhan. “Berbagai macam emosi saya tumpahkan di sana,” kata Didiet kepada Tempo, Rabu, 16 Oktober 2024.

Didiet menjelaskan perbedaan proses kreatifnya sebagai desainer dan penulis puisi. Sebagai desainer, ia membuat suatu karya yang terlihat dan bisa dikenakan di tubuh. Sedangkan menulis puisi adalah upaya refleksi tentang diri secara personal. 

“Saya berfokus menggali emosi yang tidak dapat disampaikan secara visual. Puisi memberikan saya satu perspektif baru,” ujar desainer dengan jenama IKAT Indonesia dan SVARNA Indonesia tersebut.

Sebelumnya, antologi puisi itu adalah potongan unggahan tulisan Didiet yang tercecer di media sosial. Ia kemudian mengumpulkannya dan mengemasnya menjadi serumpun sajak.

Didiet mengungkapkan, buku puisinya itu diterbitkan atas permintaan rekan dan pengikutnya di media sosial. “Agar mereka lebih mudah membaca tulisan-tulisan itu,” tuturnya.

Menurut Didiet, banyak temannya di media sosial yang melihat dia seperti seseorang yang hidup tanpa masalah. “Banyak orang melihat saya di media sosial seperti aman-aman saja, baik-baik saja. Padahal tidak,” ucapnya. 

Karena itu, Didiet menambahkan, buku puisi Pesan yang Datang Belakangan adalah ajakan kepada pembaca agar tidak menilai seseorang tak memiliki masalah hanya dengan melihat aktivitasnya di media sosial.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Tumpahkan Emosi dalam Puisi
"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus