Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Resepnya banyak belajar

Ketua ii panitia peringatan hksn (hari kesetiakawanan sosial nasional) siti hardiyanti rukmana menghadiri peringatan hksn di yogyakarta. ia sibuk dalam berbagai persiapan. kondisinya tetap baik.

10 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA Tarzan Kota masuk pesawat terbang khusus? Itu terjadi ketika pesawat yang ditumpangi Siti Hardiyanti Rukmana -- yang akrab dipanggil Mbak Tutut -- menuju Yogyakarta, Rabu pekan lalu. Pesawat yang tiba-tiba diserang cuaca buruk membuat penerbangan terkatung di udara selama 1 1/2 jam. Ke-13 anak buahnya sudah pusing tujuh keliling. Tapi Tutut masih bertahan. Malah di saat panik ia sibuk memijat satu per satu para "penderita". "Wah, si Ibu memang kuat, nggak pernah capek," ujar salah satu anak buahnya. Tutut tertawa lebar, "Iya, lho. Anak-anakku di rumah bilang, saya Tarzan Kota, ha... ha... ha.... Habis, nggak pernah bisa diam," sambut ibu 3 anak itu. Setiba di Yogya, acaranya padat. Selaku Ketua II Panitia Pusat Peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN) dan Penjab Kirab Remaja, Tutut istirahat sekitar 1 jam di Hotel Ambarrukmo, lalu mengenakan blue jeans serta kerudung putih, rombongan menuju Sleman untuk mendengarkan pidato Menpen Harmoko. Masuk hotel lagi tengah malam, Tutut masih "buka warung" di kamarnya, menyimak Laporan Kirab dan pidato yang akan dibacakannya di depan sejumlah menteri. "Saya nggak bisa, tuh, tidak langsung memeriksa," ujarnya kepada Linda Djalil dari TEMPO. Paginya, si mbak tampak segar. Mereguk secangkir kopi, ia sarapan telur setengah matang dua butir. Lalu air jeruk plus sebutir vitamin. Usai upacara puncak, "Tarzan Kota" masih mendengar ceramah Menko Kesra, Soepardjo Rustam. Kembali di kamar hotel sekitar jam 15.00 ia tenggelam lagi dengan berkas jalan tol Cawang-Priok -- yang akan diresmikan Presiden Soeharto Jumat pekan ini. Nyonya Hardiyanti yang suka sibuk memang terlibat dalam kepengurusan 10 kegiatan sosial. "Daripada melamun. Saya lebih suka hidup diisi ilmu yang baik. Saya memang banyak belajar, dari teman-teman, dari para menteri yang pintar-pintar," katanya. Belajar memang pangkal bisa, Mbak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus