Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berperan sebagai bangsawan yang juga ibunda Minke, aktris 51 tahun itu didandani bak ratu. Sebagai istri bupati, setiap kali syuting ia mengenakan cincin dan bros serba besar, kebaya bagus, dan kain batik mahal. “Beneran muahaaal,” tutur Ayu, Jumat, 2 Agustus lalu.
Pengaruh busana serba mewah membuat Ayu begitu waspada. “Saya takut kesangkut kayu atau paku pas syuting. Atau ada permen karet nempel pas duduk,” tutur pemeran “ibu” dalam film horor Pengabdi Setan itu.
Meski sehari-hari kerap mengenakan kain dan kebaya, Ayu tidak pernah sehati-hati saat syuting film yang diangkat dari novel dengan judul sama karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer tersebut. Aktris Pendukung Pilihan Tempo 2017 itu sadar karakter aslinya cukup ceroboh dan cuek. Ia mengaku sering menumpahkan minuman atau bumbu di baju. Menjadi wanita Jawa membuatnya lebih kalem. “Duduknya enggak ngangkang kayak kebiasaan saya,” ia berseloroh.
Untuk menjaga kostumnya, ia sering menyendiri saat pengambilan gambar. Agar kostum rancangan Retno Ratih Damayanti (Habibie & Ainun, Soekarno, dan Guru Bangsa: Tjokroaminoto) itu tetap “aman”, Ayu baru mengenakannya begitu waktu syuting sudah dekat.
Lalu Muhammad Zohri. TEMPO/M Taufan Rengganis
Minum Obat Antimabuk
ATLET lari cepat Lalu Muhammad Zohri, 19 tahun, lebih suka naik sepeda motor untuk beraktivitas. Ia kerap naik ojek online ke tempat latihan atau perlombaan ketimbang ikut rombongan naik mobil. “Kalau naik mobil, pusing,” ujar Zohri di Jakarta, Rabu, 7 Agustus lalu.
Sejak menjadi siswa Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar Mataram, ia sudah sering merasa pusing saat naik mobil. Peraih medali emas lari 100 meter putra Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Tampere, Finlandia, pada 2018 itu selalu menenggak obat antimabuk saat bepergian ke luar kota. “Saya sudah berkonsultasi dengan dokter tim atletik. Katanya aman dari zat doping,” ucapnya.
Mabuk darat membuat badannya lemas. Kini ia merasakan tubuhnya mulai beradaptasi dengan baik. “Dulu bisa sampai mual.”
Meski dilarang pelatihnya naik motor, ia kerap membandel. Saat latihan digelar di Permata Hijau, Jakarta Selatan, ia memilih naik ojek online karena lalu lintas macet. Jika terlambat, ia mendapat hukuman. Ia harus menenggak obat antimabuk saat mengikuti Kejuaraan Nasional Atletik 2019 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, 1-7 Agustus lalu, karena mesti naik bus dari Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta.
Ia khawatir Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Bob Hasan mengetahui kebiasannya itu. “Kalau Pak Bob tahu, pasti saya kena marah,” tuturnya.
Destry Damayanti. TEMPO/Subekti
Kuda dan Putri
DEPUTI Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti, 55 tahun, kerap geli jika ditanyai soal asal-muasal namanya. Sebagian yang bertanya menebak nama Destry berasal dari singkatan “Desember” dan “Tri” lantaran dia anak ketiga yang lahir pada bulan Desember. Padahal sebenarnya, “Destry itu nama kuda,” katanya, Ahad, 11 Agustus lalu.
Ayah Destry, seorang pilot, terpikir memberi anaknya nama tersebut setelah menonton sebuah film di Amerika Serikat. Film itu berkisah tentang kuda bernama Destry yang sangat loyal terhadap majikannya, penolong, dan cerdas. Ayahnya terkesan oleh sifat Destry itu. “Dia melebihi kuda biasanya,” ujarnya.
Tak lama setelah itu, ayahnya terbang ke India. Ia melihat sendratari dengan salah satu karakternya adalah putri bernama Damayanti. Bapaknya kagum terhadap pembawaan Damayanti yang bijaksana, cerdas, anggun, dan dekat dengan rakyatnya. Dua nama dari karakter yang berbeda itu kemudian digabungkan untuk nama sang putri.
Destry mengetahui asal-usul namanya tersebut saat ia duduk di sekolah dasar. Mulanya ia kesal ketika tahu namanya berasal dari kuda. Namun itu tak lama. Ia merasa nama itu juga ikut membangun karakternya. “Saya tomboi, enggak kayak putri. Tapi dulu saya atlet tenis, mungkin kuatnya itu dari sifat Destry, ha-ha-ha...,” tuturnya.
Mantan Ketua Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi itu dilantik Mahkamah Agung pada 7 Agustus lalu. Ia bakal menduduki posisi itu selama 2019-2024, menggantikan Mirza Adityaswara yang telah pensiun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo