Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
PSM Unpad akan bersaing dengan empat tim juara dalam European Grand Prix for Choral Singing.
Perjalanan di pentas Grand Prix dituangkan dalam film dokumenter musikal Indonesia Kirana.
Tim PSM Unpad menggalang donasi secara daring hingga mengamen untuk biaya keberangkatan.
Suara nyanyian menggema dari ruangan bekas kafetaria di kampus Universitas Padjadjaran (Unpad), Jalan Dipati Ukur, Bandung. Sejak Januari lalu, kelompok Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unpad berlatih di sana dengan tetap mematuhi aturan protokol kesehatan. Pelatih sekaligus konduktor, Arvin Zeinullah, memimpin 44 penyanyi bersuara alto, sopran, bas, dan tenor sambil mengasah kemampuan terbaiknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mengukir sejarah baru sebagai PSM pertama dari Indonesia yang lolos ke final kompetisi European Grand Prix for Choral Singing, yang akan digelar pada 18 Juni 2022 di Tours, Prancis. Misi utama dan harapan besarnya adalah menjadi kampiun dalam kompetisi bergengsi paduan suara dunia itu. "Lomba tersebut juaranya cuma satu. Kami lakukan sebaik dan seimpresif mungkin," kata Arvin, Kamis, 26 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nantinya, PSM Unpad bersaing dengan empat tim juara lain dari berbagai lomba internasional 2019, yang tergabung dalam asosiasi European Grand Prix for Choral Singing. Bakal lawannya antara lain Jāzeps Vitols Latvian Music Academy Mixed Choir dan Choir SŌLA of the Latvian Academy of Culture, keduanya dari Latvia. Kemudian Good Hope School Choir Hong Kong (Cina) dan Batavia Madrigal Singers (Indonesia).
PSM Unpad meraih peluang menuju Grand Prix setelah menyabet gelar juara umum dengan mengoleksi tujuh penghargaan dalam acara 67th International Choral Competition Polifonico Guido d’Arezzo, Italia, pada 17-24 Agustus 2019. Prestasinya adalah meraih gelar juara pertama kategori Sacred, juara kedua (Monographic), juara ketiga (Compulsary), public prize (Folksong), Best Performance for Living Italian Composer, serta Best Compulsary Song Ubi Caritas. Pesaingnya adalah Festino Chamber Choir (Rusia), Vocal Ensamble Rondo (Polandia), Coro Giovanile Emil Komel (Italia), dan Lautitia Children's Choir (Hungaria).
Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Padjadjaran tampil dalam 67th International Choral Competition di Arezzo, Italia, 24 Agustus 2019. Dok. PSM Unpad
Kemenangan itu membuka mimpi lama yang terpendam. Sejak 2015, kata Arvin, mereka ikut lomba serial European Grand Prix di Maribor, Slovenia. Kala itu, PSM Unpad menjadi wakil tunggal se-Asia. Di kompetisi bertajuk 13th International Choral Competition Gallus-Maribor 2015 itu, mereka berhadapan dengan kelompok paduan suara terkenal, seperti kelompok East Carolina University Singer (Amerika Serikat), Maska Youth Choir (Latvia), serta New Dublin Voices (Irlandia).
Hasilnya, raihan skor 83,5 belum sanggup mengantar PSM Unpad ke pentas Grand Prix. Kegagalan itu memberi pelajaran, terutama ihwal kesiapan sumber daya manusia (SDM). "Tidak mungkin sukses kalau SDM dalam vokal dan organisasi juga tidak kuat." Kisah perjalanan di lomba itu mereka tuangkan dalam film dokumenter musikal berjudul Indonesia Kirana yang dirilis pada 2016. Mereka bangkit lagi pada 2019 dan sukses membawa asa baru menuju Grand Prix 2020.
Namun pandemi Covid-19 ikut memundurkan jadwal lomba hingga pada akhir 2021 muncul kabar bahwa Grand Prix akan digelar medio tahun ini. Misi dan harapan besar berkelindan dengan kondisi terkini kelompok paduan suara yang dibentuk pada 1978 tersebut. Selama hampir dua tahun sejak masa pandemi, banyak fase yang hilang dalam organisasi untuk menyiapkan regenerasi tim penyanyi. Terutama bagi kalangan anggota yang baru bergabung pada 2020 dan 2021.
Sesuai dengan sistem, kata Ketua PSM Unpad, Birgitta Fortune Mumpuni Narwanda Nugroho, rekrutmen anggota dibuka setahun sekali saat penerimaan mahasiswa baru. Jumlah peminatnya setiap tahun 300-400 orang hingga anggota yang aktif kemudian tersisa sekitar 150 orang. Pada masa pandemi, pendaftar susut hingga berjumlah 200 orang. Setelah itu, mereka mengikuti rangkaian penerimaan anggota baru selama 4-5 bulan. Kegiatan utamanya adalah latihan bernyanyi sesuai dengan penggolongan suara.
Namun PSM Unpad tidak menganut sistem seleksi. "Jadi, siapa pun bisa diterima menjadi anggota asalkan mau belajar dan berkembang," ujar Birgitta, Senin, 23 Mei 2022. Menurut dia, ada beberapa anggota yang sejak awal belum punya bekal menyanyi sama sekali dan masih meraba nada. Selain lewat latihan rutin untuk mengasah kemampuan, ada fasilitas les vokal yang disediakan anggota tim teknis atau asisten pelatih. Biaya per termin untuk lima kali pertemuan sebesar Rp 120-200 ribu. "Kalau rajin, bisa. Banyak anggota yang improve dari tahun lalu sampai sekarang. Banyak yang berubah suaranya," tutur mahasiswi jurusan bisnis digital angkatan 2019 itu.
Saat pelantikan anggota baru, hasil latihan mereka ditampilkan di panggung konser internal. Pada tahap berikutnya, mereka berpadu dengan nyanyian para senior hingga bernyanyi dalam pentas kompetisi. Kualitas setiap anggota dinilai tim teknis atau asisten pelatih. "Selanjutnya seleksi alam untuk ke tingkat konser berikutnya," kata Birgitta. Namun, apa daya, pembatasan kegiatan selama masa pandemi membuat mereka hanya bisa latihan dan menggelar konser internal secara daring. "Hasilnya kurang efektif karena banyak aspek yang tidak didapatkan."
Pelatih dan konduktor Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Padjadjaran, Arvin Zeinullah, berlatih di Bandung, Jawa Barat, 25 Mei 2022. TEMPO/Prima Mulia
Menurut Arvin, PSM Unpad dengan segala kendala dan tantangannya tetap berusaha mengikuti European Grand Prix. "Kalau tidak ikut, akan kena penalti, dilarang ikut lomba di jaringan kompetisi itu selama dua tahun," ujar Arvin. Tim diperkuat sebagian penyanyi anggota tim choir final pada 2019 di Italia sertas segelintir alumni yang telah berpengalaman. Separuhnya lagi merupakan anggota baru yang belum pernah tampil langsung di panggung. "Mereka belum tahu rasanya ditonton orang dalam konser, apalagi kompetisi. Ini menjadi tantangan mental."
Arvin telah berpengalaman menghadapi situasi seperti itu dengan generasi penyanyi berbeda. Mulai bergabung PSM Unpad ketika menjadi mahasiswa baru pada 1995, lulusan fakultas ilmu komunikasi itu menjadi pelatih pada 2001. Ia telah melakoni karier tersebut selama 21 tahun atau hampir separuh masa hidupnya. "Karena passion, ya, saya senang melihat proses dan sesuatu yang berhasil dari orang yang saya didik," kata lulusan Magister Pendidikan Seni Musik Universitas Pendidikan Indonesia itu.
Selain di Unpad, Arvin melatih PSM Agria Swara Institut Pertanian Bogor sejak 2003, kelompok paduan suara Universitas Widyatama, dan kelompok Evav Madrigal Singers di Maluku Tenggara. Ia juga menjadi instruktur tamu dalam berbagai kelompok paduan suara di Indonesia. Bagi dia, melatih berbagai kelompok paduan suara tidak jadi masalah. "Karena bisa diatur untuk ikut lomba yang berbeda," kata Arvin.
Ia juga berpengalaman melatih di Purwacaraka Music Studio, Rumah Musik Harry Roesli, dan Cantabile di Bandung. Sambil melatih, dia menimba ilmu dengan bergabung dalam kelompok Batavia Madrigal Singers, Twilite Chorus, Asian Youth Choir, Musicanova Chamber Singers, Jakarta Conservatory Vocal Ensemble, Asiaccatura, dan Rechords Vocal Ensemble. Gurunya yang lain di antaranya Brady Allred melalui project requiem dalam Festival Choralies Vaison La Romaine, Prancis; serta proyek konser Rundfunkchor Berlin bersama Simon Hasley dan Nicolas Fink.
Arvin juga tercatat sebagai anggota dewan guru senior di Pusat Pendidikan Musik Vokal Jakarta Gita Svara dan pedagoginya pernah dibimbing Catharina Leimena. Beberapa ganjaran penghargaannya adalah Best Conductor dalam Budapest Choir Competition di Hungaria, Rimini International Competition di Italia, International Habanera Choir Contest di Spanyol, dan Bali International Choir Competition; serta best program dan beberapa interpretasi lagu.
Arvin menjelaskan, tim PSM Unpad menyiapkan sepuluh lagu yang masih dirahasiakan judulnya untuk kepentingan lomba. Panitia European Grand Prix membebaskan peserta menyanyikan lagu dengan keragaman genre musik selama 21-26 menit. Durasi itu, menurut dia, terhitung lebih untuk tujuh tembang yang akan dibawakan sehingga tim bisa bernyanyi dengan relaks. Sebuah lagu akan diiringi musik piano dan sebuah kidung lainnya berbahasa Prancis.
Sebelumnya, mereka punya pengalaman miris di Filipina pada 2019. Tim PSM Unpad kelebihan waktu bernyanyi sehingga nilainya dikurangi. Peristiwa itu terjadi akibat kesilapan membaca aturan lomba, yaitu durasi pertunjukan yang dikira sebagai lama bernyanyi. Gawatnya, masalah itu baru mereka temukan menjelang naik pentas hingga menambah ketegangan. Saat pengumuman, impian menyabet gelar 1st Asia Choral Grand Prix pun kandas.
Anggota Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Padjadjaran berlatih di Bandung, Jawa Barat, 25 Mei 2022. TEMPO/Prima Mulia
Dari Prancis, PSM Unpad berencana tampil membawakan tiga lagu dalam The 11th Antonio Vivaldi International Choir Competition & Festival di Gabrovo, Bulgaria, pada 24-25 Juni mendatang. Ketua Program Indonesia Kirana PSM Unpad, Jasmine Azzahra Triatmojo, 20 tahun, mengatakan persiapan lawatan lomba ke luar negeri kali ini tergolong sangat pendek dibanding agenda rutin yang biasanya digelar dua tahun sekali.
Di tengah pengerjaan skripsinya, mahasiswi fakultas ilmu komunikasi itu juga ikut sebagai penyanyi dan tim teknis. "Program (Indonesia Kirana) itu sebuah gerakan misi budaya dari PSM Unpad di kancah internasional untuk membanggakan Indonesia," kata Jasmine, Kamis lalu.
Kondisi pandemi Covid-19 menantang tim PSM Unpad bergerak cepat, dari proses latihan, adaptasi anggota, hingga mencari dana sejumlah Rp 1 miliar. "Stres, iya. Sebagai ketua program, saya memikirkan bagaimana kami bisa berangkat," ujar Jasmine. Universitas, organisasi alumni, dan perusahaan turut membantu pembiayaan. Donasi juga digalang secara daring serta mengamen di beberapa mal dan restoran di Kota Bandung sejak Januari lalu hingga menjelang akhir bulan ini.
Meskipun cara-cara penggalangan dana itu rutin dan biasa mereka lakukan sebelumnya, kali ini situasinya berbeda akibat pandemi. Ketika mengamen keliling di dalam mal, 15-30 penyanyinya harus bermasker dan menjaga jarak. Acara yang seizin pengelola tempat itu biasanya berlangsung setiap Jumat dan Sabtu pukul 16.00-21.00. Pilihan tembangnya adalah lagu yang menghibur, seperti lagu pop dan lagu daerah; serta lagu wajib nasional. "Totalnya sekitar 20 kali mengamen di mal," tutur Jasmine.
Pencarian dana terus berlanjut lewat penjualan tiket konser pra-kompetisi bertajuk "Pagelaran Indonesia Kirana". Acaranya dijadwalkan bertempat di Gedung Kesenian Jakarta pada 31 Mei sebanyak dua kali; lalu di Graha Sanusi Hardjadinata kampus Unpad, Bandung, pada 3 Juni. Jasmine berharap mereka bisa berangkat dan berjuang di Eropa. "Insya Allah bisa jadi juara."
ANWAR SISWADI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo