SEWAKTU masih diskors FIFA karena kasus kokain, Maradona pernah bilang tak bisa dipisahkan dengan Napoli, Italia. Namun, kini, setelah bebas dari skorsing 15 bulan itu, Maradona, 31 tahun, berubah pendirian. Ia ogah ke Napoli, meski kontraknya dengan klub itu baru berakhir Agustus 1993. "Saya akan membayar berapa pun, bagi diri saya," katanya. Ia memilih klub Marseille (Prancis) atau Sevilla (Spanyol), yang konon bersedia membelinya Rp 28 milyar. Di klub Eropa itu, ia akan bermain setahun, dan sesudah itu ke klub Boca Juniors, Argentina. "Saya ingin menggunakan kostum Boca di akhir karier," katanya. Mengapa menolak ke Napoli? Ia merasa kasus kokainnya itu berkaitan dengan dendam Ketua Persatuan Sepak Bola Italia (FIGC), Antonio Matarrese. Ia, waktu itu, diminta melicinkan jalan Italia ke Piala Dunia 1990. "Saya dibayar untuk memberi jalan Italia mencapai impiannya, menjadi negara pertama memenangkan Piala Dunia empat kali," kata Maradona. Tapi itu tak dilakukan Maradona, dan Italia gagal ke final. Matarrese membantah: "Itu bohong besar." Soal ini makin ramai lantaran muncul ancaman FIGC yang akan "mengadili" Maradona. Untuk itulah, orang kuat FIFA, Joao Havelange, akan menjadi penengah. "Seorang pemain sekualitas Maradona tak seharusnya lenyap dari sepak bola," kata Havelange.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini