Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Video yang kebanyakan ditonton anak muda tersebut ternyata juga menjadi obat ampuh bagi Merry saat sedang membutuhkan motivasi. “Kadang saya lihat lagi, itu pun sudah memotivasi saya dan mengingatkan saya kembali,” kata Merry, Selasa, 30 April lalu.
Merry, 38 tahun, membuat materi beberapa videonya tersebut berdasarkan pengalaman pribadi. Ketika bangkit dari kesedihan dan kemarahan setelah ditipu murid yang kemudian menjadi rekan kerjanya, misalnya, ia membuat video “Ketika Kamu Sedih dan Putus Asa” serta “Ketika Kebaikan Dibalas Kejahatan”. Dua video yang dibuat tahun lalu tersebut menjadi obat mujarab untuk membangkitkan semangatnya.
Merry punya obat selain menonton kembali video motivasinya. Ketika semangatnya sedang padam, ia memilih bermain bersama anak, membuka kembali buku mimpinya, dan mendengarkan lagu yang menyenangkan hatinya. Melakukan sesuatu yang benar-benar ia sukai itu membuat semangatnya seperti mendapat baterai baru. “Saya tak membiarkan diri saya berlama-lama down,” ujarnya.
Herawati Sudoyo. TEMPO/Gunawan Wicaksono
Tak Memusingkan Penuaan
HERAWATI Sudoyo tak bisa lepas dari pengering rambut. Ke mana pun pergi, ilmuwan kelahiran Kediri, Jawa Timur, itu selalu membawa peralatan andalannya tersebut, termasuk saat bertugas ke daerah terpencil.
Teman-teman sejawatnya sampai hafal kebiasaan Hera itu. Seperti ketika dia dan sejumlah rekannya berkunjung ke Kota Palu beberapa waktu lalu. Hera, 67 tahun, membawa pengering rambut yang biasa dia gunakan di rumah karena pengering rambut khusus untuk perjalanan sedang rusak. Pengering rambut itu membutuhkan daya listrik lebih besar ketimbang yang khusus untuk travel. “Saat di losmen, saya tancapkan dong ke stopkontak. Tiba-tiba listrik di seluruh losmen mati. Ha-ha-ha…,” kata Hera di kantor Tempo, Jakarta, Rabu, 24 April lalu.
Semua penghuni losmen pun keluar dari kamar masing-masing. Pemilik losmen, yang rumahnya satu area dengan losmen, pun ikut keluar. Mereka bingung karena listrik di rumah para tetangga tak padam. “Semua teman saya sudah tahu siapa penyebabnya,” ujar Ketua Tim Unit Identifikasi DNA Forensik Lembaga Biologi Molekuler Eijkman itu.
Hera punya alasan mengapa selalu membawa pengering rambut. Bagi dia, penampilan penting. Dia ingin mematahkan mitos bahwa peneliti tak bisa bergaya. Keinginan ini pula yang mendorongnya membentuk komunitas Weekend Getaway Ladies. Komunitas ini berisi peneliti perempuan dari segala usia yang tidak memusingkan proses penuaan. “Peneliti itu jauh dari kata nerd,” ucap Hera.
Najelaa Shihab. TEMPO/Nurdiansah
Pesan di Boncengan
PEGIAT pendidikan Najelaa Shihab, 42 tahun, hampir selalu diantar sopir ketika bepergian. Namun sopirnya tak selalu mengantar-jemputnya menggunakan mobil. “Saya lebih sering naik motor,” katanya di Jakarta, Selasa, 30 April lalu.
Perempuan yang akrab disapa Elaa itu meminta sopirnya membawa sepeda motor jika jadwalnya sedang padat. Saat musim Pesta Pendidikan—kegiatan yang dia gagas—pada akhir April lalu, misalnya, ia bisa berpindah ke empat tempat dalam sehari untuk memberikan pelatihan kepada relawan, mengelola sekolah Cikal yang didirikannya, menjadi pembicara dalam suatu acara, juga berdiskusi dengan pejabat.
Putri cendekiawan muslim M. Quraish Shihab ini kerap naik motor sejak lima tahun lalu. Awalnya Elaa merasa tegang karena tak terbiasa membonceng motor. Ia berpegangan sangat kencang sehingga badannya pegal-pegal saat turun dari jok belakang. Kini ia sudah bisa duduk santai sambil membalas pesan WhatsApp. Terkadang ia malah tertidur di atas sadel ketika sudah sangat kelelahan. “Ini kebiasaan buruk dan jarang banget terjadi,” ujarnya.
Kawan-kawannya sudah paham dengan kebiasaan itu. Saat ia berulang tahun, September 2018, mereka membuat kaus bertulisan kalimat yang sering diucapkan Elaa. Salah satunya “Bentar ya, aku lagi di motor”. “Ternyata sesering itu saya balas pesan di atas motor, ha-ha-ha….”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo