Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Kebiasaan Berpantun

Sandiaga Uno punya kebiasaan berpantun sebelum dan sesudah menyampaikan sambutan. Pernah menyampaikan pantun yang tidak nyambung.

16 April 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memberikan sambutan saat pembukaan Gernas BBI di Batam, Kepulauan Riau, 30 Maret 2022/ANTARA /Asprilla Dwi Adha

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sandiaga Uno biasa menyampaikan satu-dua pantun pembuka dan penutup saat memberikan sambutan.

  • Sebagian pantun tersebut dibuat sendiri oleh Sandiaga.

  • Sandiaga juga pernah menyampaikan pantun yang tidak nyambung.

MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno memiliki kebiasaan berpantun sebelum dan sesudah menyampaikan sambutan. Dalam setiap kunjungan kerja ke daerah, ia bisa menghadiri empat-lima acara dan memberikan sambutan. “Di setiap sambutan, biasanya saya menyampaikan 1 sampai 2 pantun pembuka dan penutup,” tuturnya melalui keterangan tertulis kepada Gangsar Parikesit dari Tempo, Kamis, 7 April lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagian pantun tersebut ia buat sendiri. Pantun yang akan ia sampaikan itu dikonsep dulu agar bagus. “Ada juga sebagian pantun yang dibuat oleh tim kreatif yang disatukan dalam narasi sambutan yang saya sampaikan,” ujar mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini. Namun tak jarang, dalam situasi mendesak, ia harus membuat pantun secara spontan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politikus Partai Gerindra ini berupaya menyampaikan pantun dalam setiap acara atau kegiatan. Pantun tersebut bisa berisi pesan, ajakan, imbauan, atau penyemangat bagi peserta acara.

Sandiaga juga pernah menyampaikan pantun yang tidak nyambung. Biasanya pantun yang demikian dibuat secara spontan. Meski tidak nyambung, pantun itu justru terdengar menyenangkan dan menghibur.

Sandiaga mengungkapkan, Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sudah mengakui pantun sebagai warisan tak benda bangsa Indonesia. Karena itu, agar tetap lestari, sebaiknya pantun digunakan dalam berbagai kesempatan. “Akhirnya saya selalu menggunakan pantun dalam setiap acara atau kegiatan yang saya hadiri, baik virtual maupun langsung,” kata Sandiaga. “Sekaligus sebagai pencair suasana.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gangsar Parikesit

Gangsar Parikesit

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014. Liputannya tentang kekerasan seksual online meraih penghargaan dari Uni Eropa pada 2021. Alumnus Universitas Jember ini mendapatkan beasiswa dari PT MRT Jakarta untuk belajar sistem transpotasi di Jepang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus