Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia atau Apsindo menyebut pangsa pasar sepeda lipat saat ini berada pada kisaran 60 persen, sepeda gunung (MTB) sebesar 30 persen, dan sisanya City Bike. Lantas kenapa Polygon belum melirik segmen yang gemuk ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Mungkin ini sedikit lebih kepada masalah ideliasme, karena kita selalu memikirkan soal orisinalitas," kata Direktur Utama Polygon Bikes Indonesia, William Gozali, Rabu, 8 juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
William menilai jika sepeda lipat memiliki banyak teknologi, yang menyangkut soal keamanan dan keselamatan. Sepeda lipat kata dia, sejatinya berbahaya bagi konsumen jika tidak diproduksi dengan baik.
"Khususnya di bagian pengunci lipatan frame," ujar William.
Oleh karena itu, sejauh ini Polygon masih dalam tahap mempelajari bagaimana caranya menciptakan teknologi supaya keamanan sepeda lipat lebih terjamin. "Kami memang agak terlambat untuk sepeda lipat," tutur dia.
Merujuk situs Polygon Indonesia, setidaknya baru ada dua sepeda lipat yang dijual dengan kisaran harga Rp 4 juta sampai Rp 4,6 juta. Yaitu, Polygon Urbano 3 dan Polygon Urbano I3.
"Kedepannya kami lihat apa yang bisa kami tambahkan lagi," ujarnya.