Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Malam telah berganti dinihari, Diskotek Colosseum Club 1001 justru semakin hangat. Ratusan orang, datang berpasangan maupun kelompok, mengisi ruang-ruang yang ada di bawah kerlip lampu dan dentum musik penghela cakram alias disjoki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di antaranya adalah seorang pria yang terus menganggukkan kepala dan menggerakkan tangannya ke atas dan bawah di satu sudut meja bar. Sesekali pria itu mengisap rokok dalam-dalam, dia tampak menikmati musik elektronik dari sang DJ.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pria itu bersama seorang temannya, juga pria, yang lebih asyik menikmati para penari tiang berpakaian minim di atas panggung. Entah sudah berapa kali dia meminta isi gelasnya diisi ulang bir sepanjang 20-30 menit para penari seksi itu beraksi pertama di empat tiang yang ada.
Ilustrasi Colosseum. Instagram/@Colosseumjkt
Disebut aksi pertama karena satu rombongan penarik seksi itu selesai, datang rombongan yang lain dengan belahan dada dan bokong yang tak kalah menantang. Masing-masing kelompok pole dance itu beranggotakan enam hingga tujuh perempuan. "Kalau mau lebih ramai lagi nanti sekitar pukul 01.00," kata seorang karyawan Colosseum.
Seperti pada malam dan dinihari itu, si karyawan mengklaim tempat itu tidak pernah sepi dari pengunjung. Pada akhir pekan, dia menyebut tidak kurang dari 600 orang datang menikmati dunia gemerlap di tempat itu.
Menurut dia, selain penari seksi, yang menjadi daya pikat pecinta musik dansa ini adalah kedatangan disjoki kelas internasional. Setiap menghadirkan DJ bintang, kata dia, area panggung Colosseum pasti padat oleh pengunjung. "Kalau DJ-nya terkenal pengunjungnya banyak," katanya.
Kawasan Hotel 1001 atau Colosseum di Pinangsia, Jakarta Barat, menjadi buah bibir belakangan ini. Diskotek ini menjadi viral setelah menerima penghargaan Adikarya Wisata 2019 untuk Nominasi Hiburan & Rekreasi - Klab Malam & Diskotek dari Pemerintah DKI Jakarta.
Diberikan pada 6 Desember, penghargaan itu dicabut kembali oleh Gubernur Anies Baswedan pada 16 Desember lalu. Alasan Anies, panitia salah fatal karena mengabaikan rekomendasi yang pernah diberikan BNN DKI pada Oktober lalu agar menutup tempat hiburan itu karena temuan peredaran narkoba.
Sekda DKI Saefullah mengumumkan pencabutan penghargaan diskotek Colosseum Club 1001, Senin 16 Desember 2019. Tempo/Imam Hamdi
Anies tak menyebut soal surat protes dari ormas Front Pembela Islam (FPI) atas penghargaan itu sehari sebelum dia putuskan cabut penghargaan. Dalam suratnya FPI menyebut Anies ramah maksiat.
Tak cukup mencabut lagi Adikarya untuk Colosseum, Anies juga membebastugaskan seluruh anggota panitia yang memberikan penghargaan itu. Tentang sertifikat penghargaan berisi tandatangannya, Anies melalui Sekretaris Daerah Saefullah mengatakan, "Pemberian penghargaan ini yang putusan melalui SK Dinas Pariwisata, yang menggunakan tandatangan cetak gubernur. Bukan tandatangan basah."