Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bibir tebal menjadi tren beberapa tahun lalu. Jadi, banyak orang yang melakukan prosedur menambah volume bibir, dari suntik filler hingga operasi plastik. Salah satu wanita yang menjalani prosedur itu adalah Andrea Emilova Ivanova, wanita 22 tahun dari Bulgaria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mahasiswi filologi sebuah kampus di Jerman itu dikabarkan menjalani 15 kali prosedur suntik filler dengan harapan mendapatkan bibir yang menurutnya sempurna. Kabarnya, dia mengeluarkan uang sekitar 135 poundsterling atau sekitar Rp 2,4 juta untuk sekali suntik. Hasilnya?
Ukuran bibirnya bertambah tiga kali lipat. Ia dijuluki wanita dengan bibir terbesar di dunia. Kebanyakan orang menganggapnya aneh, tapi ia mengaku senang karena hasilnya sesuai dengan yang ia harapkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Ada orang yang menyukai saya dengan bibir yang lebih besar, dan ada orang yang menyukai saya dengan bibir yang lebih kecil, tetapi itu tidak masalah bagi saya, karena penting bagi saya, betapa saya menyukainya. Tidak peduli pendapat orang," katanya.
Ketika ditanyakan apakah ia ingin memiliki bibir terbesar di dunia, ia tidak menampik. “Ya, mengapa tidak? Di negara saya, bibir besar itu modis dan ada banyak gadis yang melakukan filler bibir juga,” ujarnya.
Tapi untuk julukan sebagai pemilik bibir terbesar di dunia, ia merasa masih ada yang lebih besar lagi. Tapi ia melakukan ini bukan karena ingin meniru atau ingin terlihat seperti orang lain.
“Setiap bibir orang berbeda dan masing-masing orang punya batasan dengan berapa banyak pembesarannya, berapa mililiter filler yang dapat ditampung bibir. Setiap orang punya konsep yang berbeda tentang besar, lebih besar, atau terlalu besar,” ujar dia.
Andrea mengatakan selalu ingin melakukan filler bibir lagi, tapi ia membantah telah kecanduan.
Bibir berukuran besar memang sempat tren. Tapi, ahli bedah plastik Park Avenue, New York, Melissa Doft, mengatakan trennya menurun setidaknya di Amerika Serikat. Ia bahkan mengatakan bahwa orang-orang yang telah melakukan filler di wajahnya justru mulai memilih mengembalikannya ke bentuk asli.
METRO.CO.UK | NEW YORK POST