Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana menemukan adanya dampak negatif dan positif dari pembelajaran jarak jauh siswa selama pandemi Covid-19. "Dalam evaluasi kami, kami melakukan di sini bahwa sesuatu perubahan ada dampak negatif dan positif," kata dia dalam diskusi virtual, Rabu, 30 September 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Siswa harus menjalani metode pembelajaran jarak jauh sejak 16 Maret 2020 akibat wabah. “Ada enam dampak negatif terhadap siswa.” Berikut enam dampak negatif itu:
1. Ancaman putus sekolah
Anak berisiko putus sekolah lantaran terpaksa bekerja demi membantu perekonomian keluarga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
2. Penurunan capaian belajar
Dinas Pendidikan menemukan adanya perbedaan akses dan kualitas selama Pembelajaran Jarak Jauh. "Tidak hanya kualitas dan akses, jenjang pendidikan juga punya permasalahan-permasalahan yang spesifik," ujar Nahdia.
3. Tanpa sekolah, anak berpotensi menjadi korban kekerasan rumah tangga yang tidak terdeteksi guru.
4. Keterbatasan gawai dan kuota internet sebagai fasilitas penunjang belajar daring.
5. Anak berisiko kehilangan pembelajaran atau learning loss.
Menurut Nahdiana, kegiatan belajar tatap muka di kelas menghasilkan pencapaian akademik lebih baik ketimbang Pembelajaran Jarak Jauh.
6. Anak kurang bersosialisasi.
Akan halnya dampak positif Pembelajaran Jarak Jauh adalah:
1. Anak memiliki banyak waktu di rumah bersama keluarga.
2. Metode belajar yang variatif.
ketimbang anak hanya berada di dalam kelas, kini mereka lebih fleksibel belajar dari rumah.
3. Anak peka dan beradaptasi dengan perubahan.
4. Mau atau tidak, anak pasti harus mengeksplorasi teknologi.
5. Sebagian anak merasa nyaman belajar dari rumah karena tak ada yang merisak.