Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dendam Tak Pernah Padam

Sakit hati membuat Gunawan Santoso tega menghabisi mertuanya. Sempat kabur dan berganti wajah, tertangkap, lalu berusaha kabur lagi.

8 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalang Pembunuhan Mertua

HARI itu, 19 Juli 2003, Boe-dy-harto Angsono pergi ke Gelanggang Olah-ra-ga Pluit, Jakarta Utara. Direk-tur Utama PT Aneka Sak-ti Bak-ti (Asaba) itu hendak bermain basket, olahraga kegemarannya. Ma-lang tak bisa ditolak. Di area parkir, sejumlah pembunuh sudah mengincarnya. Le-tus-an senjata api terde-ngar. Bersama pengawalnya, Sersan Dua Kopassus Edy S-iyep, Boedyharto terkapar. Ke-dua-nya tewas.

Polisi segera bergerak. Da-lam tempo singkat, Letnan- Du-a Sam Achmad Sanusi-, Ko-pral Dua Suud Rusli, Kopral Dua Fidel Husni, dan Prajurit Satu Santoso Subianto—keempatnya anggota Ma-ri-nir—dibekuk. Terbukti mereka pelaku penembakan i-tu. Para pelaku sebulan se-belumnya- ju-ga pernah me-nembak- Direk-tur- Keu-ang-an A-saba-, Pau-lus Te-dja-ku-su-ma-. Tapi, Pau-lus lo-los dari -ma-ut-.

Dari mulut me-re-ka pula kelu-ar nama Gunawan Santosa, bekas me-nan-tu Boedy-harto- sendiri, se-ba-ga-i dalang pem-bunuhan. Suud dikenal Gu-nawan saat kerusuhan Mei 1998. Bersama rekan-rekannya, dia meng-aku dibayar Rp 4 juta untuk menghabisi bos Asaba. Tapi, kepada Tempo, Gunawan pernah membantah-nya. ”Saya hanya memohon (Suud dkk) untuk menculik-nya,” ujarnya. Toh, majelis ha-kim Pengadil-an Jakarta U-tara tetap y-akin Gunawan ber-salah. Pada 24 Juni 2004, mereka memv-onis hukuman ma-ti untuk pria yang gemar me-melihara binatang buas itu.

Karena Sakit Hati

GUNAWAN masuk da-lam keluarga besar Boedyharto setelah pada 5 Januari 1991 ia menikahi putri pengusaha ini, Alice Angsono. Sang mertua kemudian mempercayai Gunawan me-mimpin beberapa perusahaan di bawah bendera Asaba. Tapi masa manis hubung-an menantu-mertua ini berlangsung singkat. Kepad-a Tempo, Gunawan pernah menyatakan ia tak suka ulah mertuanya yang penuh akal bulus, termasuk sering menggelapkan pajak.

Perseteruan pun merun-cing. Pada 1995 Gunawan melaporkan mertuanya ke Polres Jakarta Barat. Boedyharto sempat diperiksa, namun tak berlanjut. Belakangan, ganti Boedyharto yang melaporkan Gunawan ke polisi dengan tuduhan menggelapkan aset perusahaan dan memelihara hewan langka.

Paulus Tedjakusuma, Direktur Keuangan Asaba, juga menemukan Gunawan memanipulasi uang Asaba hingga Rp 21 miliar. Kasus ini bergulir ke peng-adilan. Pada 1999, Pengadilan Jakar-ta Barat menghukum penjara Gunawan 2 tahun 6 bulan. Dia mengajukan ban-ding dan kasasi, tapi kalah. Gunawan kemudian menghilang sampai akhirnya ditangkap di Sukabumi pada 27 Juni 2002. Sejak itulah dia meng-huni Rumah Tahanan Salemba, dan enam bulan berselang dipindahkan ke penjara Kuningan. Selama bertikai dengan mertua-nya, hubungan Gunawan dan A-lice pun memburuk dan akhirnya mereka bercerai.

Dari Kuningan sampai Cipinang

Tak betah mendekam di pen-jara Kuningan, Gunawan kabur pada 15 Ja-nu-ari 2003 lalu. Kata polisi, dia lari dengan cara menjebol atap ruang tahanan, lalu kabur melalui tembok belakang. Tapi, menurut Gunawan, saat itu ia bisa lolos karena penjaga lengah. Ia melenggang keluar, lalu naik bus ke Jakarta.

Ketika dalam pelarian- itu-lah- Gunawan membunuh mer-tuanya. Sumber Tempo- per-nah bercerita, pembunuhan terhadap Boedyhart-o direncanakan di sebuah restoran seafood di kawasan Lokasari, Jakarta Barat. Gunawan kesal karena telah kehilangan selu-ruh hartanya gara-gara kalah beperkara me-lawan Boedyharto sejak 1999. Ditendang mertua, kehilangan istri dan anak membuat dendam Gunawan kepada Boedyharto berkobar-kobar.

Gunawan dapat ditangkap kembali di rumah kos di Griya Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 11 September 2003. Ketika ditangkap, dia sudah berganti identitas. Namanya menjadi Indra Amapta, bentuk tubuh serta raut wajah-nya pun berubah. Dia jauh lebih kekar. Bibir dan mata-nya pun telah ”dipermak” me-lalui operasi plastik di sebuah klinik di Jakarta.

Enam bulan kemudian, tepatnya 30 Maret 2004, Gunawan berusaha kabur lagi dari tahanan. Dia melompat dari mobil tahanan yang membawanya dari penjara Salemba menuju Pengadilan Negeri Jakarta Utara. Tapi upaya ini gagal karena kepalanya terbentur aspal, kemudian ia pingsan. Kasus ini menyeret ibunya, Mulyani Santosa, karena dituduh menyelundupkan pistol untuk Gunawan. Sejak itu pula Gunawan dipindahkan ke penjara Cipinang.

Kisah Suud dan Sam

Mungkin terinspirasi oleh ”bos” mereka, Suud dan Sam, yang telah divonis hukuman mati pada Februari 2005 atas pembunuhan Boedyharto, be-lakangan ju-ga melarikan di-ri. Pada Mei 2005 mereka kabur dari ru-mah tahanan- Polisi Militer di Pangkalan Utama Angkat-an Laut -II-, -Jakarta Pusat.

Suud akhirnya tertan-gkap di Malang satu bulan kemudian, namun Sam lolos hingga- kini. Pada 6 November 2005 Suud kabur lagi. Kali ini dari Penjara Militer Cimanggis, Depok. Sekitar tiga pekan kemudian aparat mem-bekuknya di sebuah sa-wah di Su-bang, Jawa Barat.

Philipus Parera

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus