Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Happy Salma termasuk ibu yang keras kepala tentang menyusui. Meskipun bekerja, dia tetap berusaha menyusui kedua anaknya, Tjokorda Sri Kinandari Kerthyasa, 5, dan Tjokorda Ngurah Rayidaru Kerthyasa, yang hampir berusia 2 tahun. Dia bahkan membawa anak-anaknya ke lokasi kerja agar tetap bisa menyusui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Perempuan 40 tahun itu menceritakan perjuangannya menyusui kedua anaknya dalam bincang-bincang di Instagram Live bersama dokter spesialis anak Partiwi atau dr Tiwi, Ahad, 9 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat menyusui anak pertamanya, Kina, dia terlibat dalam sebuah proyek teater Perempuan Dangdut. Proyek itu sudah direncanakan jauh sebelum dia melahirkan sehingga mau tidak mau dia harus ikut.
“Jadi bayi saya selalu ikut dan saya juga obsessed namanya anak pertama,” kata dia sambil tersenyum.
Dia juga mengajukan syarat kepada sutradara agar diberi jeda waktu untuk menyusui anaknya. Saat itu Kina memang hanya mau menyusui secara langsung, tak mau ASI perah yang diberikan dalam botol.
“Pokoknya saya nggak boleh di atas panggung lebih dari 1 jam. Saya harus ke belakang panggung untuk menyusui bayi saya,” kata istri Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa itu.
Saat pementasan, Happy benar-benar membawa bayinya. Di tengah pertunjukan, dia diberi jeda dengan pementasan musik agar bisa berada di belakang panggung.
“Dari awal diatur pakai baju yang lebih mudah untuk menyusui. Jadi semua harus disesuaikan mengikuti itu. Sehabis menyusui tutup baju, ready, lari ke panggung lagi,” ujar dia.
Anak pertamanya baru berhenti menyusui ketika usianya 22 bulan. Proses menyapih dia lakukan berlahan-lahan. Kebetulan, saat itu dia harus meninggalkan Kina di Bali untuk mengurus ibunya yang sedang sakit di Sukabumi. Untungnya Kina saat itu sudah mau minum susu pengganti.
“Saya menyapihnya berlahan. Siang tidak saya kasih susu. Malam saya susui ketika mau tidur dan terbangun malam hari. Setelah itu, saya tidak menyusui sebelum tidur, cuma dikasih saat terbangun saja. Sampai akhirnya tidak sama sekali,” kata Happy.
Meski agak repot, Happy merasa sangat terkesan dengan pengalaman tersebut karena tak semua perempuan memiliki kesempatan yang sama.