Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta- Ilmuwan menemukan bukti pertama keberadaan manusia purba yang tinggal di Pegunungan Bale Ethiopia. Mereka menemukan artefak batu, pecahan tanah liat, dan manik-manik kaca yang berasal dari Zaman Pleistosen Tengah sekitar 45.000 tahun yang lalu.
Laman Dailymail, akhir pekan lalu, melaporkan bahwa meskipun kondisinya sangat keras, manusia purba ini membuat pemukiman sekitar 4.000 meter di atas permukaan laut. Mereka memiliki cukup air dan dapat memburu tikus mol raksasa asli untuk mendapatkan makanan.
Namun, di tempat itu kadar oksigennya rendah dan cuaca ekstrem, dengan hujan lebat dan suhu yang sangat fluktuatif. Dalam studi baru yang dipublikasikan jurnal Science, tim yang dipimpin oleh peneliti dari Universitas Martin Luther Halle-Wittenberg (MLU) menggambarkan berbagai tanda pemukiman manusia di sebuah singkapan berbatu di dekat Fincha Habera di Pegunungan Bale.
Bukti menunjukkan manusia purba menghuni situs setidaknya dua kali, dengan yang terbaru sekitar 10.000 tahun lalu, mendekati akhir Zaman Es terakhir. Sudah lama dipikirkan bahwa kondisi yang tidak ramah akan mencegah manusia untuk menetap di lokasi ini. Tapi, penelitian baru menunjukkan bahwa ini tidak terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
(A) Gambar alat batu obsidian: alat batu satu sisi (1 dan 3), alat batu diupam di dua sisi (2), scraper (4), alat diupam (5), alat batu diupam sebagian (6) ). (B) tulang hyena (C) Foto fragmen kulit telur burung unta. (D) Foto mamalia pemakan rumut. (E) Foto mandibula kiri dari tikus-tikus raksasa. (Skala: 1 cm) . (science.sciencemag.org)
Selain artefak, tim juga mengidentifikasi biomarker di tanah yang mendukung skenario di mana situs tersebut ditempati. Meskipun kehidupan di sana mungkin tidak mudah, pilihan lain juga tidak ideal, menurut peneliti, lembah-lembah yang lebih rendah akan menjadi terlalu kering untuk bertahan hidup.
Di dataran tinggi bebas es di Pegunungan Bale, di sisi lain, orang-orang memiliki akses ke air minum dari lelehan gletser terdekat, dan dapat memburu tikus pengerat raksasa yang tinggal di wilayah tersebut. Para pendatang ini juga memiliki akses ke batu obsidian vulkanik untuk membuat alat.
"Karena itu pemukiman tidak hanya layak huni, tapi juga praktis," kata profesor MLU Bruno Glaser, seorang ahli biogeokimia tanah.
Berdasarkan analisis tanah, tim mengatakan gelombang kedua pemukim menghuni daerah ini mulai sekitar 10.000 tahun sebelum Era Bersama. "Untuk pertama kalinya, lapisan tanah yang berasal dari periode ini juga mengandung kotoran hewan yang merumput," ujar Glaser.
Menurut para peneliti, temuan ini merupakan bukti kemampuan beradaptasi manusia purba dalam menghadapi perubahan iklim. Bahkan sekarang, mereka mencatat, beberapa kelompok orang telah dapat hidup di pegunungan Ethiopia meskipun tingkat oksigennya rendah.
DAILY MAIL | SCIENCE JOURNAL
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini