Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ini Alasan Mengonsumsi Real Food Lebih Baik daripada Makanan Olahan

Real food diperoleh dari alam sehingga tubuh lebih siap untuk mencerna dan menggunakan nutrisi yang terkandung dalam makanan-makanan tersebut.

3 Februari 2022 | 17.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mengonsumsi makanan sehat bisa jadi cara perawatan kulit secara alami. (Pexels/Jane D)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mengonsumsi makanan olahan atau cepat saji dalam jumlah berlebih dan terlalu sering dapat memberi pengaruh buruk bagi kesehatan. Sehingga real food atau makanan alami dianggap lebih menyehatkan daripada makanan olahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Real food ditemukan dan diperoleh dari alam sehingga tubuh lebih siap untuk mencerna dan menggunakan nutrisi yang terkandung dalam makanan-makanan tersebut. Selain itu, real food yang ditemukan di alam juga umumnya lebih bergizi daripada makanan buatan manusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengonsumsi sumber makanan yang kaya akan protein nabati dan hewani mampu meningkatkan kesehatan tubuh. Tumbuhan merupakan bahan makanan yang banyak mengandung sumber vitamin, mineral, serat, dan air. Sedangkan daging umumnya kaya akan protein dan beberapa vitamin dan mineral.

Namun, beberapa jenis daging merah dan sumber lemak jenuh lainnya adalah makanan yang seharusnya bisa Anda batasi karena mampu meningkatkan risiko penyakit jantung dan obesitas.

Melansir dari Banner Health, beberapa jenis makanan olahan pabrik seperti mi instan, ramen, dan produk dari beberapa perusahaan makanan besar di dunia mengandung sedikit komponen asli. Mereka hanya menggunakan bahan tambahan yang bisa memberi rasa, tekstur, dan warna yang serupa dengan sumber makanan aslinya.

Pada tahap produksinya, produsen biasanya memperlakukan makanan tersebut dengan panas serta proses kimia yang meninggalkan nutrisi seperti vitamin, mineral, dan serat. Bahan tambahan seperti garam, gula, pengawet, dan penambah rasa justru akan menjadi komponen yang paling banyak.

Mengutip dari therealfooddietitians.com, makanan olahan cepat saji menjadi musuh besar bagi Anda yang menjalankan program diet. Hal itu terbukti pada sebuah studi yang menemukan bahwa anak-anak dan remaja mendapatkan 67 persen kalori dari makanan cepat saji.

Selain itu, makanan olahan juga menjadi pantangan tersendiri bagi seseorang yang memiliki riwayat penyakit kronis. Misalnya bagi Anda memiliki masalah jantung, hati, atau ginjal tentunya akan menghindari makanan olahan yang mengandung banyak garam.

Sedangkan ketika mengidap penyakit diabetes, Anda mungkin akan menghindari makanan yang mengandung gula tambahan. Sementara bahan-bahan tersebut lebih banyak ditemukan pada makanan olahan.

Namun, terlepas dari semua itu, tidak semua makanan olahan itu buruk. Beberapa jenis makanan tertentu seperti oatmeal diproses dengan cara yang ramah dengan membiarkan air masuk ke dalam biji-bijian sebagai bahan oatmeal dengan cepat.

RISMA DAMAYANTI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus