Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Fasilitas pengelolaan sampah Intermediate Treatment Facility atau ITF Sunter baru mulai dibangun pada awal tahun 2019. Direktur Proyek ITF Jakarta Propertindo, Aditya Bakti Laksana mengatakan groundbreaking pada 20 Desember 2018 hanya seremonial.
Baca: Anies: Pengelolaan Sampah Lewat ITF Bisa Ancam Lingkungan, tapi..
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Akhir tahun nggak mungkin, mulainya tahun depan," kata Aditya kepada Tempo, Jumat, 14 Desember 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Aditya mengatakan, pembangunan awal tahun 2019 fokus mempersiapkan bentuk lahan tempat berdirinya ITF Sunter. Kegiatannya meliputi pembongkaran bangunan, pemadatan tanah dan pengukuran.
Langkah selanjutnya, ujar Aditya, adalah membangun kantor-kantor proyek di atas lahan ITF. "Secara paralel kita siapkan Izin Mendirikan Bangunan atau IMB," kata dia. Berikutnya, barulah Jakpro mulai pekerjaan konstruksi sipil.
Lokasi ITF Sunter merupakan lahan bekas Stasiun Peralihan Antara atau bekas transit sampah milik Dinas Lingkungan Hidup DKI. Lahan seluas 3,05 hektare tersebut berada di sekitar Jalan Danau Sunter Barat, tidak jauh dari lokasi pembangunan proyek Taman BMW.
Menjelang groundbreaking 20 Desember, Aditya berujar masih ada beberapa aset milik Dinas Lingkungan Hidup DKI di lahan tersebut yang belum dihapuskan. Namun menurut dia, lahan telah siap pakai.
"Seperti truk, tempat sampah yang tidak terpakai, alat berat yang rusak," katanya.
ITF Sunter merupakan solusi mengatasi sampah yang ditawarkan oleh Pemerintah Provinsi DKI. Jumlah sampah warga Ibu Kota yang dikirim ke Bantargebang rata-rata mencapai 7.000 ton per hari. Bantar Gebang, diperkirakan mencapai kapasitas maksimal dalam 3-4 tahun ke depan.
Baca: Alternatif Sampah Bantargebang, World Bank Bantu Danai ITF Sunter
Pembangunan fasilitas pengolahan sampah ITF Sunter, dikerjakan oleh joint venture antara Jakpro dengan Fortum Power and Heat Oy, perusahaan dari Finlandia. Mereka menerima sokongan dana dari International Finance Corporation (IFC) dengan maksimal nilai investasi sebesar US$ 300 juta.