Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sebagian dari ratusan taman di Jakarta dilengkapi fasilitas arena bermain anak.
Taman bermain bisa menjadi alternatif lokasi liburan sekolah.
Tebet Eco Park merupakan taman dengan fasilitas bermain anak terlengkap.
Gelembung sabun yang ditiup anak perempuan itu beterbangan di area tengah Taman Puring, Jakarta Selatan. Ibunya menyuapi bocah itu dengan makanan di kotak bekal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di meja tempat ayah bocah itu bersantai, terdapat onggokan baju basah. Anak berusia 5 tahun itu baru saja bermain air dari air mancur di tengah Taman Puring. Edy, 52 tahun, ayah anak itu, mengatakan ini pertama kalinya mereka ke sana. “Biasanya jarang rekreasi keluar. Ini mumpung libur sekolah,” ujar warga Parung, Bogor, tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sudut lain Taman Puring, sembilan anak laki-laki bermain bola di area paving. Sepasang sandal hitam dijadikan patokan gawang. Mereka datang dari permukiman padat di Kramat Pela, Kebayoran Baru, sepelemparan batu dari ruang hijau tersebut.
Fasilitas bermain anak di Taman Puring, yang terbentang 1,3 hektare, memang terbilang lengkap. Pada Senin siang, 19 Juni 2023, Irwan, petugas keamanan, mengantar Tempo berkeliling taman yang dikelola Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta itu.
Terdapat arena bermain anak di tengah taman yang bersebelahan dengan Pasar Taman Puring—terkenal sebagai tempat berjualan barang bekas—tersebut. Playground itu memiliki air mancur yang beroperasi tiga kali setiap hari. “Pagi, jam 7 sampai 9. Siang, jam 12 sampai jam 1. Sore, jam 4-5,” kata dia. Air mancur ini jadi daya tarik utama bagi anak-anak. Sebab, tidak hanya pajangan, tapi juga merupakan wahana bermain air.
Di sebelah air mancur, terdapat fasilitas latihan parkour. Ada pula arena sepatu roda berwarna kuning dengan jalur melingkar. Ingin menonton trik sepatu roda atau tip berlatih parkour, tinggal menyambungkan koneksi ponsel ke Wi-Fi sonder password yang tersedia gratis di sana.
Ruang terbuka hijau dengan arena bermain anak bisa jadi alternatif lokasi liburan sekolah anak, seperti yang dilakoni Edy asal Parung di atas. Sejak 2015, pada masa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun taman dengan konsep area bermain, yakni ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA).
Taman Sambas Asri di Jalan Panglima Polim, Jakarta, 19 Juni 2023. Tempo/Ilona
Dua tahun kemudian, terbangun 292 RPTRA di sekujur Ibu Kota. Meski tak lagi mengusung nama RPTRA, Gubernur Anies Baswedan, penerus Basuki, juga doyan membangun ruang hijau. Namanya, Taman Maju Bersama. Selama lima tahun dia bertugas, antara 2017 dan 2022, pemerintah DKI membangun dan merenovasi 444 taman. Heru Budi, penjabat Gubernur DKI, hingga Maret lalu, mengklaim sudah membangun 235 taman tanpa biaya. “Kerja sama pemerintah, lurah, dan camat,” kata dia.
Sebagian dari ratusan taman itu menjadikan anak sebagai tamu prioritas. Karena dunia anak adalah bermain, arena permainan diperbanyak. Hanya 1,6 kilometer di selatan Taman Puring, terdapat ruang hijau yang juga menyediakan playground. Namanya, Taman Sambas Asri.
Terletak 450 meter dari Stasiun MRT Blok M, taman seluas 1.337 meter persegi ini menyediakan fasilitas outbond bagi anak dan lapangan basket. Meski kecil, taman ini selalu tak pernah sepi pengunjung. “Ada yang datang dari Bekasi juga," ujar seorang penjaga taman yang tidak ingin ditulis namanya. Dia menyodorkan buku tamu sebagai bukti omongannya. Kebanyakan pengunjung adalah orang tua yang mengajak anaknya.
Masih di Jakarta Selatan, ada Tebet Eco Park. Sejak diresmikan pada pertengahan tahun lalu, taman ini bisa dibilang telah menjadi destinasi wisata. Masuk dari pintu selatan, pengunjung akan merasakan kesejukan udara, jauh dari gambaran kesumpekan Jakarta.
Anak-anak bermain di wahana bermain Tebet Eco Park, Jakarta. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W
Terdapat jalur aspal di bawah pohon-pohon besar dan rindang untuk joging. Infinity Link Bridge, jembatan berbentuk angka delapan, menghubungkan taman bagian selatan dan utara. Ada pula jalan setapak dari kayu menuju arena bermain anak. Ujung jalan kayu itu berupa jembatan gantung yang hanya boleh dilewati maksimal tiga orang.
Amanda Ayu, siswi SMP 6 Bekasi, datang bersama ibu, dua adik, dan seorang tetangganya. Kemarin siang itu, mereka menjajal satu per satu delapan zona permainan di taman itu—ditujukan bagi anak usia 2-15 tahun.
Amanda merupakan penggemar Tebet Eco Park. Ini merupakan kunjungan keempatnya. “Senang ke sini karena luas dan pilihan permainannya banyak,” kata dia. Dari arena outbond untuk anak dan remaja sampai playground untuk balita berupa jungkat-jungkit, perosotan, dan trampolin.
Di tengah arena bermain anak Tebet Eco Park, terbentang instalasi kayu berbentuk buaya yang menjadi maskot taman tersebut. Sebab, buaya itu merupakan obyek terbesar di zona bermain anak.
Menurut pengelola yang tidak ingin ditulis namanya, Tebet Eco Park dikunjungi tak kurang dari 4.000 orang saban hari. Jumlah tamu di hari libur meningkat menjadi 5.000-an. Taman ini dibuka dari jam 6 pagi untuk memfasilitasi warga yang ingin lari pagi. Arena bermain anak baru dibuka satu jam kemudian. Tebet Eco Park tutup pada pukul 20.00.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta disebutkan terus membangun ruang-ruang publik berupa taman kota, RPTRA, serta hutan kota. Tempo berupaya menanyakan program tersebut ke Bayu Meghantara, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Dia sempat merespons pesan dan mengatakan hendak mempersiapkan data. Namun, hingga berita ini ditulis, dia tak lagi merespons pesan dan panggilan telepon dari Tempo.
Ruang Bermain di Kerimbunan
Ruang Bermain di Kerimbunan
ILONA ESTERINA | MUTIA YUANTISYA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo