Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Naik-naik ke Puncak Gunung...

Orang tua mulai mengajak buah hatinya mendaki gunung. Anak menjadi lebih kuat secara fisik dan peduli lingkungan setelah naik gunung.

19 Desember 2021 | 00.00 WIB

Aktivitas keluarga Herina Firdausi di Gunung Merbabu, Jawa Tengah, Juni 2021. Dokumentasi Pribadi.
Perbesar
Aktivitas keluarga Herina Firdausi di Gunung Merbabu, Jawa Tengah, Juni 2021. Dokumentasi Pribadi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Anak-anak menjadi lebih peka terhadap kebersihan lingkungan setelah mendaki gunung.

  • Karakter dan mental anak juga menjadi lebih kuat.

  • Mendaki gunung juga bisa menjadi terapi bagi anak berkebutuhan khusus.

KEBIASAAN Herina Firdausi mengajak dua anaknya mendaki gunung bermula pada 2016. Saat itu, anak keduanya, Son Wonbin, sangat aktif sehingga perlu banyak kegiatan. Anak lelaki tersebut berkali-kali diajak main ke luar, seperti ke mal. Tapi, ketika sampai di rumah, ia masih energetik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Herina lalu mencari kegiatan lain untuk menyalurkan energi Wonbin. Tercetuslah ide mendaki gunung. Ia lalu mencari informasi ihwal gunung yang ramah untuk didaki bersama anak. “Kami putuskan untuk ke Gunung Papandayan (Garut, Jawa Barat),” tuturnya kepada Tempo, Selasa lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sebelum mendaki, Herina sempat dibayangi rasa takut, karena gunung lekat dengan cerita mistis. Namun ia berupaya meyakinkan diri bahwa pendakian pertama tersebut aman bagi keluarganya. Saat mendaki, keluarga ini ditemani pemandu.

Herina, suami, dan dua anaknya berangkat mendaki Papandayan pada pukul 06.00 dan sudah kembali di pos bawah pada pukul 16.00. Ia selalu menghibur Wonbin dan si sulung, Son Eunbin, dalam pendakian. Berkali-kali dia juga menjelaskan beragam hewan dan tumbuhan yang ditemui sepanjang penjelajahan. “Akhirnya, kami bisa sampai puncak dengan selamat,” tutur perempuan berusia 38 tahun itu.

Sukses pada pendakian pertama, Herina kembali mengajak Eunbin dan Wonbin mendaki Gunung Prau, di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, pada Oktober 2017. Pendakian saat itu lebih menantang karena mereka mulai naik pada pukul 21.00 dan tiba di puncak Prau tiga jam kemudian. Mereka kemudian mendirikan tenda di puncak gunung dengan ketinggian 2.590 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut dan baru turun esok harinya.

Tahun ini, Herina sudah dua kali mendaki gunung bersama keluarganya. Pada April lalu, mereka mendaki Gunung Gede, Jawa Barat, tanpa menginap. Kemudian, pada 14 Juni lalu, keluarga ini mendaki Gunung Merbabu, Jawa Tengah. Pendakian Merbabu melalui Suwanting tersebut memerlukan waktu dua hari satu malam.

Keluarga Herina Firdausi saat mendaki Gunung Merbabu di Jawa Tengah, Juni 2021. Dokumentasi Pribadi.

Herina membagikan pengalamannya mendaki Merbabu yang memiliki ketinggian 3.142 mdpl itu di kanal YouTube-nya. Video tersebut sudah disaksikan 199.859 penonton. Herina merupakan YouTuber dengan jumlah subscriber 35,8 ribu. Dia pun kerap membagikan pengalamannya saat berkemah bersama keluarganya. 

Menurut Herina, perlu persiapan memadai sebelum mendaki gunung bersama keluarga. Misalnya melatih fisik anak sebelum berangkat dengan mengajaknya berolahraga serta membawa vitamin, obat-obatan, dan perlengkapan lainnya. “Selama mendaki, mood anak juga harus terus dijaga agar tetap semangat,” katanya. “Jangan mengeluh capek, tapi ajak ngobrol soal bagusnya pemandangan.”

Sejumlah manfaat mendaki gunung kini dirasakan oleh Eunbin dan Wonbin. Kakak-beradik itu semakin mudah bergaul karena di jalur pendakian kerap bertemu dengan orang-orang dari beragam kalangan. Mereka juga lebih peka terhadap kebersihan lingkungan karena, selama mendaki, Herina kerap mengikatkan kantong kecil di celana kedua anaknya agar tidak membuang sampah sembarangan.

Lain lagi dengan Eka Hadi Wibowo. Pria berusia 42 tahun itu baru mengajak dua anaknya, Aufar Kamil dan Nazwan Masykur, mendaki di sekitar Kabupaten Bogor. Salah satu tempat mendaki yang dipilihnya ialah Bukit Paniisan dengan ketinggian 846 mdpl.

Eka Wibowo, salah satu pecinta daki gunung, sedang menikmati momen berkemah dengan anak-anak nya di puncak gunung paniisan, Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Dok. Istimewa

Sudah dua kali Eka mengajak Aufar dan Kamil naik Bukit Paniisan, yaitu pada Mei dan September lalu. Untuk memudahkan pendakian, dia ikut paket wisata trekking dan berkemah yang disediakan Pesona Trekking Sentul. Kegiatan trekking dan berkemah itu biasanya memakan waktu dua hari satu malam.

Menurut Eka, mendaki Bukit Paniisan cocok untuk anaknya yang berusia 5 tahun dan 11 tahun itu. Mereka tetap bisa belajar banyak dari petualangan alam tersebut, seperti penyadapan karet. Kakak-beradik itu juga kini tidak lagi takut gelap, hujan, serta petir. “Nanti, ketika usia mereka sudah cukup dan memiliki pengalaman, saya berencana mengajaknya mendaki Gede-Pangrango dan Rinjani,” tutur pria yang tinggal di Ciomas, Kabupaten Bogor, itu.

Mengajak anak mendaki gunung secara bertahap juga dilakukan Rahma Lusiawati. Pada 2014, ia memberanikan diri mengajak anak sulungnya, Nisa, mendaki Gunung Prau. Saat itu, usia Nisa masih 10 tahun. Dalam pendakian tersebut, dia juga ditemani dua kawannya yang bertugas sebagai pemandu.

Nisa sempat rewel karena kedinginan saat mendaki Gunung Prau. Apalagi ketika perjalanan terhenti untuk mendirikan tenda dan bermalam. Namun Lusi—sapaan akrab Lusiawati—berupaya menenangkan si sulung.

Rahma Lusiawati bersama ketiga anaknya di Gunung Prau pada 2017. Dokumentasi Pribadi.

Berhasil dengan pendakian pertama, Lusi kembali mengajak Nisa mendaki Gunung Andong, Magelang, Jawa Tengah, pada 2017. Kali ini warga Taman Siswa, Yogyakarta, itu juga mengajak dua adik Nisa, yaitu Athaya dan Farez. Dia juga ditemani tiga porter dalam pendakian tersebut.

Persiapan mendaki gunung dengan ketinggian 1.726 mdpl itu juga lebih banyak. Apalagi saat itu usia Farez baru 6 tahun. Beragam makanan pun disiapkan, seperti mi instan, roti, keju, sosis, nugget, dan berbagai camilan kesukaan bocah-bocah. “Kalau anak-anak lapar, mood mereka jadi turun dan rewel,” tutur perempuan berusia 44 tahun itu. “Jadi, harus jaga mood.”

Selama masa pandemi Covid-19, Lusi dan anaknya dua kali mendaki gunung. Pada November tahun lalu, ia dan si sulung mendaki Gunung Bisma (2.365 mdpl), Wonosobo, Jawa Tengah. Adapun pada Mei lalu, pengusaha itu mendaki Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah, bersama tiga anaknya.  

Rahma Lusiawati bersama ketiga anaknya di puncak Gunung Lawu pada Mei 2021. Dokumentasi Pribadi.

Pendakian gunung dengan ketinggian 3.265 mdpl itu dilakukan melalui jalur Tambak dan turun melalui jalur Candi Cetho. Tiga porter menemani pendakian Gunung Lawu itu. Mereka juga sempat dihadang hujan dalam perjalanan sehingga harus menginap di pos dua. “Langsung mendirikan tenda dan ganti baju agar badan mereka kering,” tutur Lusi.

Lusi mengajak anaknya naik gunung karena ingin melatih dan menguatkan karakter serta mental buah hatinya. Ia menganalogikan pendakian gunung sama seperti perjalanan menggapai cita-cita. Kadang ada saatnya anak terpeleset, tapi harus tetap bangun dan berjalan lagi demi mencapai tujuannya.

Mendaki gunung juga mengajari tiga anak Lusi beradaptasi dengan lingkungan. Ia ingin mereka bisa beradaptasi dengan berbagai keadaan, seperti tidur di tenda dan buang hajat di alam dengan air terbatas. “Juga melatih etika baik di gunung maupun saat bertemu dengan orang.”  

***

Lain halnya dengan Desri M. Putri. Perempuan berusia 41 tahun itu mendaki gunung bersama sang buah hati, Michael T. Setiawan, sebagai terapi anaknya yang berkebutuhan khusus dan untuk mengeksplorasi alam.

Desri dan Michael mulai mendaki gunung pada Desember 2016. Saat itu, mereka hiking di Gunung Gede-Pangrango. Saat menjelajah itu, ibu dan anak ini ditemani oleh mentor Michael. Dua bulan kemudian mereka hiking di Kawah Ratu, Gunung Halimun-Salak, Jawa Barat.

Pada April 2017, Desri dan Michael mendaki Gunung Merbabu. Pendakian gunung dengan ketinggian 3.142 mdpl tersebut memerlukan waktu dua hari satu malam. Sepanjang 2017, ibu dan anak itu sudah mendaki sejumlah gunung, di antaranya Halimun, Gede-Pangrango, Merbabu, Papandayan, dan Kencana. Adapun setahun berikutnya, gunung yang mereka naiki antara lain Burangrang dan Putri, Jawa Barat.

Desri dan Michael di Gunung Papandayan, Jawa Barat, 4 Juni 2017. Dokumentasi Pribadi.

Kegiatan naik gunung Desri dan Michael terhenti akibat pandemi Covid-19. Terakhir, ibu dan anak itu mendaki Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada Juli 2019. Mereka berencana naik gunung lagi tahun depan, tapi tetap menyesuaikan dengan perkembangan persebaran Covid-19. 

Desri selalu berdiskusi dengan mentor, terapis, dan keluarganya sebelum mendaki bersama Michael. Ia pun mempersiapkan fisik dan mental serta perlengkapan yang memadai bagi si buah hati. “Sebenarnya tidak sulit mengajak anak berkegiatan di alam apabila orang tua sudah melakukan persiapan yang cukup,” tutur perempuan yang tinggal di Cilandak, Jakarta Selatan, itu.

Desri merasa Michael mendapat banyak manfaat dari mendaki gunung. Kini anak berusia 10 tahun itu lebih kuat dan sehat. Nilai rapor Michael juga meningkat. “Michael juga menjadi lebih peduli lingkungan dan tidak mudah menyerah.”

PITO AGUSTIN RUDIANA (Yogyakarta) | M.A. MURTADHO (Bogor) | GANGSAR PARIKESIT
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gangsar Parikesit

Gangsar Parikesit

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014. Liputannya tentang kekerasan seksual online meraih penghargaan dari Uni Eropa pada 2021. Alumnus Universitas Jember ini mendapatkan beasiswa dari PT MRT Jakarta untuk belajar sistem transpotasi di Jepang.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus