Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di Amerika Serikat, angka kelahiran bayi prematur menurun antara 2006-2014. Sebuah penelitian mempelajari tingkat kelahiran prematur dan melahirkan di usia muda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut American Congress of Obstetricians dan Gynecologists (ACOG), kelahiran sebelum 39 minggu dapat menimbulkan risiko kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, untuk bayi yang baru lahir. Eunice Kennedy Shriver National Institute of Child Health and Human Development telah melakukan sosialisasi untuk mengurangi kelahiran sebelum usia 39 minggu kehamilan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Artikel lain:
6 Sebab Ibu Mengalami Depresi setelah Melahirkan
7 Persiapan Penting Menjelang Melahirkan
Realistis, Begini Penampilan Chrissy Teigen Setelah Melahirkan
Jijik Melahirkan di Air, Franda Pilih yang Normal Saja
Bekerjasama the ACOG dan the Society for Maternal Fetal Medicine, mereka telah mengubah definisi "istilah", yang sebelumnya kapan saja antara 37-42 minggu. Dengan istilah penuh sekarang dianggap di 39 minggu, seperti dilansir Medical News Daily.
Penelitian telah menunjukkan bahwa kunci proses pertumbuhan berlangsung antara 37-39 minggu. Perkembangan paru-paru, hati, dan otak merupakan masa pertumbuhan penting. Beberapa risiko yang terkait dengan bayi yang lahir sebelum 39 minggu di antaranya masalah pernapasan, makan, dan suhu tubuh.
Bayi yang lahir sebelum 39 minggu cenderung mendapatkan perawatan di unit perawatan intensif neonatal, terkena infeksi, memiliki ketidakmampuan belajar, dan memiliki risiko 20 persen lebih besar mendapatkan masalah kesehatan dibandingkan yang lahir setelah 39 minggu. Para dokter menyarankan menunda kelahiran sampai setelah 39 minggu, kecuali jika darurat untuk kesehatan ibu dan bayi.