Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dua anak panah yang ditoĀdongkan ke kepala dan perutnya membuat Yusuf Pasorong pasrah, tak mampu berkata-kata. Sebuah kapak melayang di depan hidungnya, membelah lantai kayu rumah panggung tempat ia bersimpuh. Hanya sisa refleksnya yang menyelamatkan jemari kakinya dari mata kapak. Di Distrik Doufo, Kabupaten Puncak Jaya, akhir tahun lalu, Yusuf merasa ajal di depan mata. āSaya berpikir itulah akhir hidup saya. Saya cuma memikirkan bagaimana nasib keluarga saya di Serui,ā katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo