Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wajib Bermasker Saat Olahraga

Tidak hanya virus corona, polusi juga mengancam warga Jakarta dan sekitarnya yang berolahraga di luar ruangan hampir sepanjang hari.

20 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga berolah raga sepeda dengan menggunakan masker di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, 1 November 2020. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Buruknya kualitas udara Jakarta dan sekitarnya memaksa warga yang berolahraga di luar ruangan selalu bermasker.

  • Saat berolahraga, napas menjadi lebih sering dan dalam sehingga mendorong polutan lebih jauh ke paru-paru.

  • Waktu olahraga terbaik di Jakarta adalah pukul 15.00 sampai 19.00.

JAKARTA – Bersepeda dan berlari makin naik daun di Jakarta pada hari-hari pandemi ini. Maklum, di tengah pembatasan sosial berskala besar, olahraga dalam ruangan masih belum bisa sebebas dulu. Pusat kebugaran, misalnya, baru diizinkan buka kembali untuk pertama kalinya bulan lalu dengan limitasi di sana-sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Asal tidak bergerombol, bersepeda dan joging dianggap relatif lebih aman dari penularan virus corona. Selama berolah badan, warga Jakarta dan sekitarnya mengenakan masker sebagai bagian dari penerapan protokol pencegahan Covid-19. Meski kadang-kadang banyak juga yang menurunkannya sesekali. "Karena susah napas," kata Anjar, 20 tahun, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perempuan yang tinggal di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, ini memilih bersepeda di sekitar kediamannya pada pagi atau menjelang malam demi menghindari terik matahari dan kepadatan lalu-lintas. Sekali gowes, bisa habis dua jam. "Udara juga lebih segar," ujarnya.

Anjar dan para pencari keringat lain banyak yang menyadari bahwa masker juga melindungi mereka dari bahaya laten lain, yaitu polusi udara. Berdasarkan data yang dikumpulkan Nafas, aplikasi pengukur kualitas udara, ditemukan sekitar 40 persen area olahraga di Jakarta dan sekitarnya memiliki kualitas udara lebih dari 100 mikrogram per meter kubik, yang menurut US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara termasuk kategori berbahaya.

Data itu dikumpulkan pada Agustus lalu pada pukul 04.00 sampai 09.00 menggunakan 45 sensor kualitas udara. Pemilihan waktu tersebut berdasarkan preferensi waktu orang berolahraga.

Merujuk pada data tersebut, Co-Founder & Chief Growth Officer Nafas (@nafasjkt), Piotr Jakubowski, merekomendasikan warga Jakarta dan sekitarnya membatasi durasi olah tubuh di luar ruangan pada rentang waktu tersebut. Maksimal 90 menit.

Berdasarkan temuan mereka, pukul 15.00 sampai 19.00 merupakan waktu dengan kualitas udara relatif terbaik di Jakarta dan sekitarnya. Maka, Nafas menyarankan warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menggeser jam olahraga ke waktu tersebut. "Atau mengecek kualitas udara dulu sebelum olahraga," katanya. Pemeriksaan itu bisa dilakukan, di antaranya, lewat aplikasi Nafas Jakarta.

Aplikasi ini memiliki fitur pemantau lokasi dengan data AQI, lengkap dengan rekomendasi waktu berolahraga dari riset Cambridge University. "Nantinya akan dikembangkan fitur untuk melihat kualitas udara dalam beberapa jam ke depan," kata Jakubowski.

Nafas juga memasang sensor untuk particulate matter (PM) 2,5 dengan akurasi 95 persen. PM 2,5 merupakan partikel halus di udara dengan ukuran 2,5 mikron atau lebih kecil. Ukuran ini 30 kali lebih kecil dibanding diameter rambut manusia. Partikel itu di antaranya termasuk bahan kimia, nitrat, dan karbon.

Partikel PM 2,5 yang masuk saluran napas bisa berujung di paru-paru. "Akibatnya terjadi penumpukan, bisa terjadi peradangan lokal, asma kambuh," kata Erlang Samoedro, pakar pulmonologi atau sistem pernapasan.

Menurut dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, itu, PM 2,5 juga berkorelasi dengan PM 10. Orang awam bisa mengidentifikasi adanya PM 10. "Kalau di atas 200-400 mikrogram per meter kubik, jadi berkabut sekali," kata Erlang.

Karena itu, Erlang melanjutkan, penggunaan masker saat berolahraga sangat disarankan, meski tidak dalam ancaman pandemi corona. Tujuannya, untuk mencegah masuknya debu ke paru-paru. Terlebih, saat berolahraga, orang bernapas lebih cepat dan dalam, sehingga berpotensi mendorong polutan lebih dalam ke paru-paru.

Mengetahui ancaman polusi saat berolahraga, Anjar mengatakan akan lebih sering memeriksa kualitas udara lewat aplikasi di telepon selulernya. Selama ini, aplikasi itu jarang dia sentuh. "Sekarang bakal lebih sering mengecek sebelum olahraga," ujarnya.

INGE KLARA | ANTARA


1

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus