Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah DKI Jakarta telah menjalankan pembangunan Tebet Eco Park sejak 2019. Walau begitu, taman yang berlokasi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan ini baru diresmikan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan pada Sabtu sore, 23 April 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Meski pandemi Covid-19 melanda, pemerintah DKI terus melanjutkan revitalisasi agar warga dapat menikmati Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini. "Pembangunan Tebet Eco Park lebih dari sekadar membangun tempat interaksi," kata Anies dalam pidato peresmian pada April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu ingin agar Tebet Eco Park menjadi ruang ketiga yang dapat dinikmati siapa saja dari pelbagai latar belakang. Siapa saja yang hadir di taman itu bebas menikmati fasilitas gratis.
Sebelum direvitalisasi, RTH ini bernama Taman Tebet. Nama Eco Park diambil dari konsep yang diusung dengan menghadirikan keindahan alami melalui pemulihan ekosistem dan ruang terbuka hijau dan biru, dengan fasilitas taman yang bisa mengakomodasi aktivitas warga.
Revitalisasi Taman Tebet menjadi Tebet Eco Park akan memfungsikan taman kota itu sebagai pengendali banjir dan mengatasi krisis air. Tebet Eco Park menjadi salah satu ruang publik yang memiliki fungsi peresapan air serta pengendalian banjir.
Restorasi ekologi di Taman Tebet, kata Anies, mengubah fungsi grey space dalam taman menjadi active green (ruang terbuka hijau) and blue open space (ruang terbuka biru) yang mempunyai fungsi pengendalian banjir dan krisis air.
Restorasi ekologi di Taman Tebet dengan cara mengembalikan bebatuan dan tanaman alami, binatang-binatang taman, dan juga aksesibilitas masyarakat ke fitur alam dalam taman, atau yang biasa disebut oleh Anies Baswedan sebagai naturalisasi.
Konsep taman tak berpagar
Sebenarnya Tebet Eco Park didesain dengan konsep tanpa pagar. Seperti dikutip dari laman DPRD DKI, 4 April 2022, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta Suzy Marsitawati menerangkan, pihaknya sengaja tak memagari taman itu dengan harapan warga Ibu Kota bisa turut mengawasi.
"Memang sengaja kita buka supaya masyarakat bisa mengawasi. Agar masyarakat tahu apa saja yang terjadi di dalam taman,” ucap dia kala itu dalam rapat bersama Komisi D Bidang Pembangunan DPRD DKI.
Distamhut DKI pernah menutup Tebet Eco Park pada 15 Juni 2022. Alasannya lantaran warga setempat mengeluhkan kemunculan lapak pedagang kaki lima (PKL) dan parkir liar. Hal ini lantas mengganggu lalu lintas warga yang bermukim di dekat taman.
Tak hanya itu, Tebet Eco Park juga ditutup untuk perbaikan fasilitas taman. Anies pernah menjelaskan, warga DKI ataupun non-DKI berbondong-bondong mendatangi Tebet Eco Park.
Kapasitas taman yang hanya mampu menampung 8-10 ribu orang pernah kedatangan 60 ribu warga dalam satu hari di akhir pekan. "Kesempatan menikmati taman menjadi sangat berkurang karena kepadatan yang ekstrem,” ucap Anies Baswedan.
Pemerintah DKI akhirnya membuka kembali fasilitas publik ini pada 15 Agustus 2022. Taman seluas 7,3 hektare itu dilengkapi dengan fasilitas edukasi dan rekreasi.
Selanjutnya tentang kawasan LEZ
Jadi kawasan LEZ
Pemerintah DKI menetapkan Tebet Eco Park sebagai kawasan zona rendah emisi atau low emission zone (LEZ). Dengan kebijakan ini, maka kendaraan pribadi yang melintasi kawasan tersebut akan dibatasi.
Pembatasan kendaraan berlaku di dua jalan, yaitu Jalan Tebet Timur Raya dan Jalan Tebet Barat Raya pada Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. Kendaraan yang dapat melintasi jalan ini hanyalah angkutan umum, transportasi tidak bermesin (non-motorized transportation), dan kendaraan milik warga setempat.
Cara untuk mengidentifikasi kendaraan milik warga setempat adalah dengan memasang stiker khusus. "Di kedua jalan tersebut dilarang kendaraan bermotor melintas," ucap Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo, Senin, 11 Juli 2022.
Kawasan LEZ yang pertama di Jakarta bukanlah Tebet Eco Park. Pemerintah daerah telah terlebih dulu menerapkan zona rendah emisi di kawasan wisata Kota Tua Jakarta sejak 8 Februari 2021. Prinsipnya sama, yaitu tak sembarangan kendaraan boleh lalu-lalang di kawasan tersebut.
Kini dikelilingi pagar
Dari pantauan Tempo pada Sabtu, 10 November 2022, Tebet Eco Park kini ditutupi pagar yang mengelilingi area taman. Sebagian pagar yang dibangun sudah berdiri kokoh. Akan tetapi, masih ada area taman yang ditutupi seng proyek.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Distamhut Jakarta Ivan Murcahyo menerangkan, pemagaran tersebut bertujuan membatasi jumlah pengunjung agar kawasan itu tetap nyaman dan teratur.
"Pemagaran adalah upaya kedua Pemprov DKI setelah sebelumnya menggunakan aplikasi JAKI untuk membatasi jumlah pengunjung sejak Juli 2022," kata dia saat dihubungi, di Jakarta, Senin, 12 Desember 2022, seperti dikutip dari Antara.
Pemagaran ini juga menindaklanjuti hasil evaluasi pemerintah DKI terhadap keluhan pengunjung Tebet Eco Park selama masa uji coba pada Juni 2022. Saat itu, pengunjung merasa tak nyaman lantaran adanya pedagang liar, sarana dan prasarana yang tidak mencukupi, tanaman yang rusak terinjak, hingga taman kota ini menjadi kotor.
Karena itulah, pemerintah DKI memutuskan memasang pagar untuk mengontrol aksesibilitas keluar masuk pengunjung, memberikan batas fisik aman, menjaga sarana dan prasarana taman, serta mencegah penyalahgunaan area taman.
"Kami menyesuaikan dengan fungsi dan tujuan awal desain taman yang hijau dan terbuka dengan menambah pagar sebagai batas pengaman area taman," tambah Ivan.
Ivan menuturkan pemasangan pagar dibangun permanen sepanjang kurang lebih 1.700 meter mengelilingi seluruh Tebet Eco Park menggunakan baja berlubang (perforated steel). Kegiatan ini ditargetkan selesai Maret 2023.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.