Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
IA selalu berdoa tiap kali melewati deretan tiga rumah, setengah kilometer dari Stasiun Kramat, Jakarta Pusat, itu. Dari atas kereta api Bekasi-Senen, kendaraannya menuju kantor setiap hari, ia mengenang rumah masa kecilnya. āSaya berdoa: Ya Allah, kalau memang rumah itu milik kami, kembalikanlah,ā kata lelaki itu, Kelana, putra keempat Sjam Kamaruzaman, yang nama aslinya kami samarkan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo