Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian besar orang Indonesia akrab dengan terasi. Salah satu bumbu ini banyak digunakan untuk menambah rasa masakan Tak jarang terasi juga digunakan untuk menjadi makanan pendamping dengan rasa utama (main flavor) seperti sambal terasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terasi merupakan bumbu yang terbuat dari fermentasi udang atau ikan. Biasanya terasi berbentuk seperti pasta dan berwarna kemerahan-merahan atau hitam-coklat. Seperti yang dikutip dari buku Makanan Tradisional Indonesia: Kelompok Makanan Fermentasi dan Makanan yang Populer di Masyarakat yang ditulis oleh Harmayani dkk, warna hitam-coklat itu berasal dari pigmen alami ikan. Sama halnya dengan yang berwarna kemerahan juga didapatkan dari pigmen udang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buku itu juga menjelaskan, terasi berasal dari kata terasih yang berarti suka. Berdasarkan kutipan dari Ratu Raja Arimbi Nurtina, juru bicara Kesultanan Kanoman, Cirebon, terasi bukan hanya pasta udang yang ditumbuk halus dan dibentuk gelondongan melainkan bagian dari sejarah Cirebon. Ci berarti air dan rebon atau udang rebon.
Saat abad 14 terasi ditemukan, pada awalnya merupakan upeti untuk kerajaan. Para nelayan di Pedukuhan Lemahwungkuk mayoritas bekerja mencari rebon dan berkebun sehingga upeti berbentuk hasil tangkapan nelayan, yaitu memberikan sepikul bubukan rebon dan sudah digelondong.
Pada masa itu, Prabu Siliwangi yang menjadi raja sangat suka atau terasih dengan rebon yang sudah ditumbuk itu. Sehingga dari hal tersebut yang mendasari nama terasi untuk menyebut udang yang dihancurkan.
Selain di Indonesia, terasi juga banyak digunakan di wilayah Asia Tenggara, bahkan menjadi salah satu bumbu penting. Terasi juga disebut dengan belacan di beberapa wilayah Indonesia seperti Bangka dan daerah yang banyak terdapat Suku Melayu. Di Malaysia terasi juga disebut dengan belacan.
Terasi. Foto : Shutterstock
Bergizi Tinggi
Rasa khas terasi didapatkan setelah digoreng atau dibakar terlebih dulu sebelum digunakan. Selain rasanya yang khas, terasi juga mengandung unsur gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi ini berasal dari bahan bakunya, yaitu udang atau ikan.
Dikutip dari Panganku.org, dalam 100 gram terasi dengan Berat Dapat Dimakan (BDD) 100 persen mengandung 155 Kalori berikut rinciannya:
Air: 33.8 gram
Protein (Protein): 22.3 g
Lemak (Fat) : 2.9 g
Karbohidrat (CHO) : 9.9 g
Serat (Fibre) : 2.7 g
Abu (ASH) : 31.1 g
Kalsium (Ca) : 3,812 mg
Fosfor (P) : 726 mg
Besi (Fe) : 78.5 mg
Natrium (Na) : 1,664 mg
Kalium (K) : 821.4 mg
Tembaga (Cu) : 0.99 mg
Seng (Zn) : 2.4 mg
Terasi juga mengandung riboflavin atau vitamin B13 0,12 miligram dan Niasin 1,7 mg. Kandungan gizi pada terasi merah tidak terlalu berbeda dengan terasi yang berwarna coklat-hitam.
Di Indonesia, tiap wilayah memiliki terasi dengan rasa yang berbeda seperti terasi yang berasal dari Jawa Barat dan Lombok yang banyak digunakan di tempat makan untuk membuat sambal terasi dan sambal plecing. Atau terasi dari Sidoarjo, Madura, atau dari Jember, Jawa Tmur.
TATA FERLIANA