Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Penghargaan Seorang Imam

Aga Khan adalah sosok di balik penghargaan arsitektur bergengsi, Aga Khan Award for Architecture. Siapakah dia?

16 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Aga Khan adalah sosok di balik penghargaan arsitektur bergengsi, Aga Khan Award for Architecture.

  • Aga Khan adalah gelar yang disandang imam dari kelompok Syiah Nizari Ismaili.

  • Aga Khan tidak seperti seorang imam atau mullah, ia lebih sering memakai jas dibanding jubah.

SAAT nama Aga Khan disebut, orang langsung terbayang pada Aga Khan Award for Architecture. Penghargaan ini memang sangat populer dan salah satu penghargaan paling bergengsi di bidang arsitektur. Kepopuleran penghargaan ini mengalahkan nama di baliknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aga Khan adalah gelar yang disandang imam dari kelompok Syiah Nizari Ismaili. Sejak 1957, gelar Aga Khan IV disandang Syah Karim al-Husayni. Saat berusia 20 tahun dan kuliah sejarah Islam di Harvard University, Amerika Serikat, ia didapuk mewarisi keimaman dari kakeknya, Aga Khan III, yang meninggal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lahir dari ibu berdarah Eropa, tinggal di banyak negara, dan berpendidikan Barat, Aga Khan tidak seperti seorang imam atau mullah. Ia lebih sering memakai jas dibanding jubah. Ia pun bermain ski dan berkuda saat muda. Majalah Forbes memasukkannya ke daftar 15 orang terkaya di dunia dengan jumlah kekayaan US$ 13,3 miliar.

Dari kekayaannya itulah dia kemudian mendirikan The Aga Khan Development Network yang membawahkan banyak institusi, dari universitas, lembaga penelitian, hingga lembaga donor kesehatan dan sosial, serta mengelola kegiatan seperti pemberian anugerah untuk karya arsitektur (sejak 1978) dan musik (sejak 2018).

Aga Khan Award for Architecture adalah salah satu penghargaan arsitektur paling bergengsi. Salah satu alasannya adalah sistem penilaiannya yang ketat.

Aga Khan IV Syah Karim al-Husayni saat berkunjung ke Aga Khan Acadeny di Mombasa, Kenya. AKDN/Gary Otte

“Untuk penghargaan arsitektur internasional, mungkin hanya Aga Khan yang mewajibkan adanya penilaian di lapangan. Itulah yang membuat penghargaan ini prestisius,” kata Danny Wicaksono, arsitek Indonesia yang dua kali menjadi technical reviewer Aga Khan

Para juri tidak hanya puas atas gambar, foto, dan data bangunan yang dikirim peserta. Mereka juga harus bisa merasakan bangunan itu. “Termasuk bagaimana karya itu memberi dampak pada banyak manusia di sana dan di sekitarnya,” tuturnya. Dalam putaran kali ini, Danny memeriksa karya kandidat di Kuwait dan Sri Lanka. Tidak sedikit karya yang dicoret karena temuan di lapangan yang mengecewakan.

Hal kedua yang membuat penghargaan ini punya nama adalah keberpihakannya kepada publik, bukan pada kecantikan dan kemegahan. Bangunan dan karya sederhana seperti Kampung Code di Yogyakarta, masjid batu bata di Bangladesh, dan pesantren berbilik bambu, menjadi pemenang. Fokus penghargaan ini adalah karya arsitektural yang memiliki dampak terhadap masyarakat luas, terutama komunitas muslim. 

Meski demikian, tidak semua karya yang menang adalah bangunan religius. Ada juga sekolah, kampung, kuburan, bahkan bandar udara. Yang mendesain karya juga tidak selalu muslim, seperti Y.B. Mangunwijaya, romo Katolik yang mendesain Kampung Code dan memenangi penghargaan pada 1990-1992.

Hal yang sama ditularkan kepada “adik”-nya, Aga Khan Music Awards. Peni Candra Rini dari Indonesia yang memenangi penghargaan itu tahun ini berada di jalur musik tradisional Jawa. Berbeda dengan Zulkifli dan Bur’am (special mention) dari Aceh yang memainkan rapai tuha, musik yang berisi zikir dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Qaris Tajudin

Qaris Tajudin

Wartawan Tempo. Sarjana hadis dari Universitas Al Azhar Kairo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus