Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah video beredar di WhatsApp dan Facebook [arsip] dengan klaim beras SPHP mengandung plastik. Video memperlihatkan kemasan beras tersebut dan sebagian isinya dimasak. Setelah matang, nasi tersebut dikepal menjadi bola kecil dan dilempar ke keramik hingga memantul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benarkah beras bermerek SPHP mengandung plastik sebagaimana narasi yang beredar tersebut?
PEMERIKSAAN FAKTA
Narasi yang mengatakan beras merek SPHP mengandung plastik beredar di sejumlah provinsi, seperti Aceh, Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Sumatera Utara (Sumut), dan Kalimantan Tengah (Kalteng) seperti yang pernah diberitakan oleh Antara.
Otoritas di masing-masing daerah itu telah membantah narasi yang beredar. Misalnya Dinas Pangan Aceh, Bulog Sumut maupun daerah-daerah lain. Menurut mereka, distribusi beras merupakan bagian dari program Bulog bernama Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sumut, Arif Mandu, mengatakan asal beras yang digunakan untuk program tersebut berasal dari Vietnam, Thailand, Myanmar, Pakistan, dan Kamboja.
Dia menjelaskan, sebelum diedarkan ke masyarakat, beras itu telah dicek oleh Balai Karantina Pertanian dan lembaga penguji, inspeksi dan sertifikasi bernama PT Sucofindo. Selain itu, juga telah diperiksa di laboratorium Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Medan. "Hasilnya semua clear, tanpa masalah," kata Arif.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) melalui website resmi menjelaskan bahwa mereka telah menguji beras tersebut yang dianggap mengandung plastik. Sampel beras diambil dari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar) dan beras SPHP dari Kota Binjai, Sumut. Mereka melakukan empat jenis uji laboratorium untuk mengetahui kandungan beras, yakni uji fisika, uji kimia, profil plastik, dan plasticizer. Hasil uji menyimpulkan kedua sampel tidak mengandung plastik.
“Kedua sampel beras secara fisika hancur, tidak meleleh, dan tidak terapung. Secara kimia positif mengandung pati dan keduanya negatif profil plastik maupun plasticizer," kata Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas, Andriko Noto Susanto, Kamis, 26 Oktober 2023.
Wakil Ketua Pusat Halal Universitas Gadjah Mada (UGM) Nanung Danar Dono juga mengatakan, bijih plastik yang ditanak atau dikukus tidak akan berubah menjadi nasi, melainkan menjadi bijih plastik panas, sebagaimana diberitakan Antara.
Sementara nasi yang dikepal dan memantul saat dibanting, tidak menandakan berasnya mengandung plastik. Hal itu bisa saja menunjukkan bahwa beras tersebut mengandung kandungan tinggi non-starch polysaccharides (NSP) atau karbohidrat non-pati. Dugaan lain bahwa beras tersebut memiliki kandungan amilopektin dan amilosa tinggi, sebagaimana beras ketan atau gluten rice atau sticky rice.
Beras Analog
Beras buatan di Indonesia sebenarnya sudah dikembangkan dengan istilah beras analog. Salah satu inovator di baliknya adalah Pakar Teknologi Pangan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Slamet Budijanto.
Dilansir Antara pada Jumat 13 Oktober 2023, Slamet menjelaskan beras analog adalah beras yang dibuat dari bahan-bahan makanan lain, seperti jagung, ubi jalar, talas, sorghum, dan lainnya.
Slamet mengatakan bijih plastik memang dibuat, tapi tidak untuk bahan makanan. Bijih plastik tidak mungkin digunakan untuk pengganti beras karena harganya lebih mahal daripada beras dengan selisih harganya Rp 5.000-Rp 7.000 per kilogram.
KESIMPULAN
Berdasarkan verifikasi Tempo, narasi yang mengatakan beras SPHP mengandung plastik, yang dibuktikan nasi yang dihasilkan memantul saat dikepal dan dibanting, adalah keliru.
Beras program SPHP merupakan beras yang diimpor Bulog dan telah melalui serangkaian pemeriksaan kesehatan dan tergolong aman dikonsumsi. Uji ulang di beberapa laboratorium juga menyatakan beras tersebut tidak mengandung plastik.
TIM CEK FAKTA TEMPO
** Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]