Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah foto beredar di Facebook akun ini [arsip], ini, ini, dan ini, yang diklaim korban keracunan pil Paracetamol P-500 yang mengandung virus Machupo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Foto itu terdiri dari seorang perempuan berpakaian kuning yang tergeletak dan bangsal rumah sakit dengan banyak pasien dan orang yang mengerumuni mereka. Berikut narasinya: Waspada Jangan makan atau beli Paracetamol ini. Jaspay ditulis p-500 salah satunya virus beracun telah ditemukan. Mana salah satu yg paling berbahaya di dunia... Tolong kirim kan informasi ini ke semua orang terimakasih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, benarkah gambar-gambar itu menunjukkan para korban keracunan Paracetamol P-500 yang diklaim mengandung Virus Machupo?
PEMERIKSAAN FAKTA
Verifikasi Tempo menggunakan alat reverse image search dari Google, menunjukkan bahwa foto-foto tersebut bukan karena mengkonsumsi Paracetamol P-500. Klaim bahwa Paracetamol P-500 mengandung virus Machupo juga tidak sesuai fakta.
Gambar 1
Narasi serupa pernah beredar pada 2019 dan telah dibantah melalui artikel Tempo edisi 29 Juli 2019. Tidak hanya di Indonesia, informasi serupa menyebar ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan Malaysia sejak 2017.
Machupo (juga dikenal sebagai "virus hemoragik Bolivia" atau "tifus hitam") adalah endemik di Bolivia utara dan timur. Virus Machupo dapat bersumber dari air liur, urin, atau feses hewan pengerat yang terinfeksi dan menjadi pembawa (reservoir) virus tersebut.
Saat itu, Kepala Badan POM, Penny K. Lukito menyampaikan bahwa Badan POM tidak pernah menemukan hal-hal seperti yang diisukan tersebut, termasuk kandungan virus Machupo dalam produk obat.
Ahli Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. rer nat. apt., Endang Lukitaningsih, M.Si., juga telah menjelaskan bahwa Virus Machupo dapat menimbulkan gejala demam hemoragik yang dapat mengakibatkan kematian.
Namun narasi tentang paracetamol 500 gram yang mengandung virus tersebut, yang beredar dari tahun ke tahun, tidak benar. Dia menjelaskan bahwa produksi Paracetamol dilakukan dengan pengawasan ketat, demikian juga pengawasan peredarannya.
“Sangat tidak mungkin selama proses produksi masih ada virusnya karena kondisi tablet juga harus betul-betul kering. Sementara virus memerlukan lingkungan lembab dan suhu rendah untuk bertahan hidup,” kata Dosen Fakultas Farmasi UGM ini.
Dikutip dari organisasi pengecekan fakta di Amerika, Snopes, edisi 8 Februari 2017, Kementerian Kesehatan Malaysia menyatakan seperti kebanyakan virus, Machupo tidak dapat hidup di lingkungan kering seperti di tablet Paracetamol.
Konten sejenis juga pernah menyebar di India dan Srilanka dan telah dibantah oleh organisasi pemeriksa fakta sebagaimana dilaporkan Factcrescendo.com, dan di Afrika yang dibantah Africacheck.org.
Gambar 2
Gambar bangsal rumah sakit yang penuh pasien dalam konten di media sosial tersebut, sesungguhnya korban bom bunuh diri di dekat perbatasan Wagah di Lahore, Pakistan, pada awal November 2014, sebagaimana dilaporkan NDTV. Sedikitnya lima puluh dua orang tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka dalam serangan bunuh diri beberapa menit setelah upacara penurunan bendera. Foto tersebut dihasilkan dari agensi berita asal Prancis, AFP.
Gambar 3
Sementra gambar wanita berpakaian kuning sesungguhnya adalah korban kekerasan dalam aksi protes di Kota Lucknow, India, pada Februari 2018, sebagaimana dilaporkan Soninews.net. Sebagian korban luka dirawat di Rumah Sakit Balrampur, Kota Lucknow.
Times of India pernah memberitakan bahwa gambar perempuan berpakaian kuning itu, dan beberapa foto lainnya, diklaim menunjukkan korban virus yang disebarkan melalui pil Paracetamol P-500. Namun penelusuran yang disertai keterangan dokter menyatakan narasi tersebut keliru.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan gambar-gambar yang beredar memperlihatkan korban Paracetamol Virus Machupo adalah klaim yang keliru.
Gambar pasien yang beredar adalah korban dari kejadian lain yang tidak berkaitan dengan Paracetamol P-500.
Selain itu, narasi yang mengatakan Paracetamol P-500 mengandung Virus Machupo sehingga harus dihindari, telah dibantah sejumlah dokter dan akademisi dari berbagai negara, termasuk India dan Indonesia.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Cek Fakta Tempo telah hadir selama lima tahun membantu publik menghadirkan informasi yang sesuai fakta, serta melawan misinformasi dan disinformasi. Kami membutuhkan masukan Anda agar cek fakta Tempo terus relevan menjawab kebutuhan pembaca serta menghadapi tantangan disinformasi yang semakin kompleks. Semoga Anda bisa meluangkan waktu selama 5 menit untuk mengisi survei pada tautan ini.
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]